PERCIK.ID- Ada sebuah kisah luar
biasa dari seorang sahabat Rosululloh saw., yang juga menantu beliau. Ia adalah
sahabat Usman bin Affan r.hu. Ia dilahirkan di kota Tho’if dari pasangan Affan
bin Abil Ash bin Umayyah bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf dan Arwa bintu Kuraiz
bin Robi’ah bin Habib bin Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf, pada tahun 576 Masehi
atau 6 tahun setelah peristiwa Gajah. Yaitu penyerangan pasukan bergajah yang
dipimpin oleh Abrohah untuk menghancurkan Ka’bah.
Dalam
sejarah, Usman terkenal dengan julukan Dzunuroin atau pemilik
dua cahaya. Julukan itu diberikan kepadanya sebab menikah dengan dua puteri
Rosululloh saw., yakni Ruqoyyah dan Ummu Kultsum. Beliau juga dikenal dengan
sifat malunya yang sangat luar biasa. Mengenai sifat malu Usman Ibunda Aisyah
ra., memberikan kesaksian,
“Suatu ketika, Rosululloh pernah berbaring di rumahku dalam keadaan tersingkap dua paha atau dua betis beliau. Kemudian Abu Bakar meminta izin menemui beliau. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau masih dalam keadaannya. Lalu Abu Bakar bercakap-cakap dengan beliau.
Kemudian
Umar datang meminta izin untuk masuk. Beliau mengizinkannya masuk, sementara
beliau tetap demikian keadaannya. Mereka pun berbincang-bincang. Kemudian Usman
datang minta izin untuk menemui beliau. Beliau pun langsung duduk dan membenahi
pakaiannya. Usman pun masuk dan berbincang-bincang.
Ketika
Usman pulang, Ibunda Aisyah bertanya kepada Rosululloh saw, “Abu Bakar masuk
menemuimu, namun engkau tidak bersiap menyambut dan tidak memedulikannya.
Begitu pula Umar masuk menemuimu, engkau juga tidak bersiap menyambut dan tidak
memedulikannya pula. Kemudian ketika Usman masuk, engkau segera duduk dan
membenahi pakaianmu!”
Mendengar
pertanyaan istri tercintanya itu, sambil tersenyum Rosululloh menjawab,
“Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang malaikat pun merasa malu
kepadanya?” (Hr. Muslim no. 2401).
Selain
pemalu, Usman juga terkenal dengan sifat dermawanannya. Ketika Rosululloh saw.,
masih hidup, ia selalu berada dalam baris terdepan membantu perjuangan dakwah
Islam. Dengan kekayaan yang dimiliki, Usman menginfakkannya untuk perjuangan
Islam. Tak pernah terlintas dalam benaknya akan kekhawatiran jatuh miskin
gara-gara menyumbangkan hampir seluruh hartanya untuk kepentingan perjuangan
islam. Pun pula ketika Rosululloh telah berpulang. Kedermawanan Usman bin Affan
tak pernah luntur.
Di
antara kisah kedermawanan Usman, kisah yang membuat decak kagum adalah kisah
kedermawanan Usman pada masa pemerintahan Kholifah Abu Bakar r.hu.
Dikisahkan pada saat itu kota Madinah dalam keadaan paceklik. Kekeringan
melanda di kota Nabi itu. Yang ditunggu hanya satu, kafilah dagang Usman bin
Affan yang membawa 1000 unta dengan berbagai barang bawaan. Itu cuma salah satu
kekayaan dari sahabat Usman bin Affan.
Ketika
kafilah dagang yang membawa 1000 unta dengan berbagai barang bawaan itu sampai
ke kota Madinah para pedagang yang ada di Madinah berebut untuk mendapatkan
hati Usman bin Affan. Mereka mendatangi rumah Sahabat Usman bin Affan untuk
menawar barang-barang itu.
Pedagang
1 menawar dengan dua kali lipat dari harga yang semula. Tapi sahabat Usman
tidak mau. Pedagang yang kedua menawar dengan 4 kali lipat tapi sahabat Usman
tetap tidak mau. Pedagang yang ke-3 menawar dengan harga 5 kali lipat
tapilagi-lagi sahabat Usman tidak mau. Akhirnya para pedagang itu menyerah.
Melihat para pedagang tampak lesu dan kecewa Usman pun berkata, “Saya mau
menjual barang-barang ini dengan keuntungan 700 kali lipat dari harga semula.”
Sontak
para pedangang itu kaget dan mengatakan, “Tidak mungkin bisa wahai Usman, mana
mungkin ada pedagang yang mampu dan mau membeli barang dengan harga gila
seperti itu. Bagaimana kami menjual kembali barang itu kepada orang-orang
dengan harga yang setinggi itu.”
Dengan
sangat mantap sahabat Usman bin Affan mengatakan kepada para pedagang itu, “Alloh-lah
yang akan membeli dan menyanggupinya.”
Mendengar
jawaban Usman yang begitu mantab dan penuh keyakinan itu para tengkulak pasar
Madinah itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka merundukkan kepada sambil
menahan rasa malu yang sangat. Kemudian Sahabat Usman mengumumkan bahwa seluruh
dagangan itu beliau sedekahkan kepada semua penduduk Madinah.
Bedakan
dengan orang sekarang. Kalau orang sekarang ada paceklik pasti dimanfaatkan
untuk bagaimana caranya bisa mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Ia
tidak akan peduli apakah saudaranya bisa makan atau tidak. Yang penting dia
untung dan untung.
Inilah
perbedaan orang-orang yang beriman kepada Alloh dan mereka yang tidak. Orang
yang beriman kepada Alloh yakin-seyakinnya dan memahami bahwa harta yang mereka
keluarkan untuk kepentingan umat dan perjuangan, tenaga yang mereka sumbangkan
tidak akan sia-sia selama itu ditujukan pada Alloh semata. Sahabat Usman adalah
contoh bahwa dia telah membelanjakan harta yang dimilikinya untuk “membeli”
surga Alloh.
PERCIK.ID
BalasHapusMembeli Surga
Membeli Surga