PERCIK.ID- Alloh menambatkan nama al-Qodiir, al-Qohhar, al-Jabbar,
al-Aziz, untuk menunjukkan betapa digdayanya DIA. Tidak ada yang bisa
menandingi. Kedigdayaan yang mutlak dan tidak ada yang bisa mengintervensi. Dan
bukankah Alloh adalah yang menciptakan, sedang manusia adalah yang dicipta?
Bisakah yang diciptakan mengalahkan yang diciptakan?
Dalam sebuah ungkapan yang indah, ada yang
mengatakan, “Saya boleh saja berkehendak, kamu bisa saja berkehendak, kita bisa
saya merencakan sesuatu, tapi Alloh-lah yang menentukan.”
Kuasa manusia terbatas, sekalipun secara
kasat mata Alloh memberikan berbagai anugerah yang seoah telah ngedap-ngedapi.
Seolah sudah sangat hebat. Banyak hal yang telah dilakukan manusia mulai Adam
sampai sekarang. Orang berbangga dengan segala hal yang dicapai. Bersuka cita
dengan banyak hal yang dibuat. Tapi semua itu, sama sekali tidak sebanding
dengan kuasa Alloh. Toh apa yang dibuat manusia hakikatnya karena
izinNYA. Karena kuasaNYA membuat segala sesuatu itu terwujud. Tanpa kuasaNYA,
tentu tak akan bisa.
Padahal sebagian dari kita sudah terlanjur
berpikiran keluar batas. Menganggap otak kita, pikiran kita, kemampuan kita
bisa mengolah segala sesuatu secara mutlak sesuai dengan hitung-hitungan otak
kiri. Jika kita melakukan hal ini, maka akan seperti ini. Ketika kita melakukan
itu, maka yang terjadi demikian. Jika kita hal ini dipadu dengan hal ini, maka
akan tercipta kondisi seperti ini.
Itu ekspektasi!!! Otak kita menghitungnya
dengan sangat rijit seolah semua berjalan seperti apa yang dihitung. Tapi
ingat, Alloh punya kuasa dan digdaya.
Alloh bisa saja menggagalkannya dengan
kesalahan 0,0000 sekian persen. Di luar dugaan akal manusia.
“Kok bisa seperti ini, padahal semestinya
demikian. Bagaimana ini bisa terjadi?”
Anda pernah mengalami?
Kita tidak bisa berbangga atas anugerah yang
Alloh berikan kepada kita. Karena sehebat-hebatnya apa yang kita lakukan, akan
tetap kalah dengan kehebatan yang memberi kehebatan. Kita bisa menganggap akal
kita mumpuni, tapi mumpuninya akal tidak bisa mengalahkan “logika” Tuhan. Toh
DIA lah Sang Penentu. Akal kita hanya “penduga”.
Maka dari itu, untuk menundukkan akal kita, agar
akal dan otak kiri kita tidak merasa digdaya, hebat, jenius, serta menentukan,
kita diajarkan untuk menyatakan Insya Alloh (Jika Alloh menghendaki) atas
segala sesuatu yang kita lakukan.
Sebab serijit-rijitnya, sedetail-detailnya,
seakurat-akuratnya hitungan kita, jika Alloh tidak menghendaki, maka tidak akan
terjadi. Tapi ketika akal manusia seolah-olah memustahilkan sesuatu, Alloh
degan “kun”NYA bisa saja mewujudkanNYA. Misteri inilah yang membuat “Insya
Alloh” kita menjadi sesuatu yang penting dan berharga.
www.percik.id
BalasHapusKita yang Dibohongi Otak Kiri, Bukti Pentingnya “Insya Alloh”