PERCIK.ID- Alloh memberikan cinta kepada
para hambaNYA sesuai dengan rasa cinta yang dicurahkan oleh hambaNYA kepadaNYA.
Jika kemudian dengan kontruksi itu orang bertanya, apakah Alloh butuh cinta
kita? Tentu jawabannya tidak. Alloh sama sekali tidak terkurangi kekuasaannya
andaikata seluruh alam ini tidak menyembahNYA. Dan pengabdian seseorang juga
sama sekali tidak menambah apapun yang dimilikiNYA.
Kitalah yang membutuhkan curahan
cinta Alloh. Hingga kesadaran tersebut kemudian mengharuskan kita memilih cara
dan jalan untuk meraih cintaNYA. Kita memilah dan memilih cara-cara mendekatkan
diri kepadaNYA dari berbagai informasi yang kita dapat.
Sama seperti ketika seseorang
bersolawat. Butuhkah Rosululoh saw. solawat dari kita? Sama sekali tidak. Cinta
yang dicurahakan oleh Alloh kepada kekasihNYA, Muhmmad bin Abdulloh, tidak
kurang-kurang. Kitalah yang sesungguhnya patut berbahagiaa ketika takdir Alloh
menjadikan kita bisa bersolawat.
Tapi kemudian Alloh
menjanjikan kepada pembaca solawat, sepuluh kalimat lipat solawat pada orang-orang
yang besolawat kepada Nabi Muhammad.
Sekali lagi, kitalah yang
butuh dan berharap faedah dari solawat tersebut. Pun pula, kitalah yang butuh cinta
Alloh. Bukan sebaliknya.
Abuya Miftahul Luthfi
Muhammad sering menyatakan dalam berbagai kajiannya, bahwa ridlo Alloh kepada
manusia, terukur sesuai dengan ridlo manusia terhadap segala sesuatu yang
ditetapkan oleh Alloh. Apa yang telah dititahkan olehNYA, manusia dengan rela
hati menerima.
Ternyata cinta Alloh kepada
manusia pun demikian. Tergantung bagaimana manusia mencintaiNYA. Ini bukan
bualan belaka. Karena Kanjeng Nabi saw. pernah mendawuhkan hal ini. Beliau
bersabda dalam hadis qudsi, “Alloh swt.
berfirman, “AKU tergantung persangkaan hamba kepadaKU. Aku bersamanya kalau dia
mengingatKU. Kalau dia mengingatKU pada dirinya, maka AKU mengingatnya pada
diriKU. Kalau dia mengingatKU di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di
keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka AKU
akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diriKU sehasta, maka
AKU akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangiKU dengan berjalan, maka AKU akan
mendatanginya dengan berlari.”
Tak hanya itu saja, beliau
juga menyatakan hal yang sama, dengan penekanan yang lebih meyakinkan mengenai
korelasi cinta hamba dan Tuhan ini. Sabda beliau di dalam hadis qudsi, “Alloh
swt. Berfirman, ‘Bila hambaKU merindukan pertemuan denganKU, maka AKU pun
merindukannya. Namun bila hambaKU enggan bertemu denganKU, maka AKU pun enggan
bertemu dengannya.”
Dengan begini, kita secara
garis besar kita bisa meraba dan menerka-nerka cinta Alloh kepada kita dengan
mengukur cinta kita kepadaNYA. Sebesar dan sekuat apa cinta kita, disanalah
takaran cintaNYA.
Ini akan menjadi sarana muhasabah
karena seberapun kita merasa cinta kepadaNYA, orang-orang yang sadar akan tidak
mengakui ketinggian dirinya. Ia pasti akan merasa ada yang kurang dan tidak
sempurna. Masih ada banyak masalah dalam mencintaiNYA.
Tapi dengan begitu, kita bisa
mengukur peta ruhani kita. Menakar dan mengukur kadarnya. Usaha untuk
mendapatkan cintaNYA juga semakin gigih. Karena cinta yang Alloh curahkan, sesuai
dengan kadar cinta yang kita persembahkan. Wallohu a’lam.
www.percik.id
BalasHapusMatrikulasi Cinta Alloh