PERCIK.ID- Siapa yang sanggup menghibur Nabi saw. ketika
beliau sedang gundah dan tak enak hati? Apakah Abu Bakar, ataukah Umar, Usman,
atau Ali?
Apakah Tholhah? Atau itu Zubair? Atau Abdurrohman,
ataukah Abu Ubaidillah?
Nama-nama tersebut adalah milik orang-orang yang
oleh Nabi dijamin surganya, tetapi bukan mereka yang bisa membuat Nabi kembali
tersenyum dari muramnya. Ialah lelaki Badui, yang bisa membuat Nabi tertawa.
Ketika lelaki Badui hendak menghadap Nabi untuk
bertanya tentang suatu soal, para sahabat melarangnya dan menyarankannya untuk
kembali. Dasar Badui, ia bersikeras, "Biarkan aku, demi Dzat yang mengutus
beliau, akan kubuat beliau tersenyum."
Setibanya di hadapan Nabi, lelaki Badui uluk salam
dan langsung berkata, "Wahai Rosululloh, telah sampai berita kepadaku
bahwa kelak Dajjal akan turun membagi-bagikan roti sementara manusia sedang
menderita kelaparan. Bagaimana pendapatmu, apakah aku harus menahan diri untuk
tidak memakannya demi menjaga harga diri ataukah boleh kumakan rotinya sampai
kenyang, dan setelah itu aku menyatakan beriman kepada Alloh dan mengingkari
Dajjal?
Rosululloh tertawa mendengarnya sampai terlihat
gigi gerahamnya. Beliau kemudian berpesan, "Jangan engkau makan. Alloh
akan mencukupimu sebagaimana Dia menyukupi kaum beriman."
Tidakkah kita punya keinginan yang sama dengan
lelaki Badui untuk bisa membuat Rosululloh tersenyum dan tertawa di kala
murungnya?
Tuhan menganugerahi manusia dengan beraneka macam
kemampuan dan keahlian. Tiap manusia punya skala perjuangan yang berbeda serta
teritorial yang tak sama luasnya. Untuk itu, tak perlu berkecil hati jika kita
tak sepintar si fulan, tak sealim si fulan, tak setampan atau secantik si fulan
atau si fulanah. Sebagaimana kata Bunda Theresa, “Tak semua orang mampu melakukan
hal-hal besar, tetapi semua orang bisa mengerjakan hal-hal kecil, disertai
dengan cinta yang besar.”
Mari berbuat baik semampunya. Berbuat baik
senikmat-nikmatnya.
www.percik.id
BalasHapusBerterimakasih Pada Badui