PERCIK.ID- Kita berada di era dimana
informasi mengalir tanpa terbendung lagi. Banyak hal sesungguhnya tidak patut
untuk menjadi konsumsi publik, tapi nyatanya terpublikasi juga. Era keterbukaan
macam sekarang ini membuat banyak aib berseliweran.
Terlepas dari fakta tidaknya
keburukan yang terpubikasi, konten macam itu tetap saja tidak baik. Baik dalam
bentuk tulisan, foto, atau video. Tapi orang sekarang banyak yang sudah tidak
lagi peduli privasi. Asal berpotensi viral, share saja! Eksistensi diri jauh
lebih penting daripada menjaga orang lain dari rasa malu.
Di era ini, kita seolah sedang
diuji oleh Alloh dengan informasi-informasi yang beragam itu. Apa sikap yang
akan kita ambil dengan informasi yang ada. Banyak informasi yang kita terima.
Lantas apa yang akan kita lakukan dengan informasi itu? Disinilah Tuhan menguji
kita.
Era kebanjiran informasi
seperti sekarang tidak lagi mengukur kecerdasan seseorang semata-mata dari
seberapa banyak pengetahuan dan informasi yang dimiliki. Tapi lebih kepada
seseorang mampu memfilter apa yang diterima. Memahami mana yang benar, mana
yang salah. Lebih dari itu, juga mengerti mana yang layak untuk dipublikasi,
mana yang harus diprivasi.
Sesungguhnya kondisi ini memang
merupakan kondisi yang riskan, sesuai dengan banyak nasihat kanjeng nabi yang
berkaitan dengan manjaga informasi yang didapat. Tidak semua informasi, kabar,
dan berita yang kita terima bisa kita share begitu saja.
Rosululloh saw. dawuh, “Hendaklah
seseorang berkata yang baik, atau hendaklah ia diam.” Maka tidak menyampaikan
hal-hal yang buruk menjadi bagian dari kebaikan yang dilakukan seseorang. Cukup
hanya diam saja.
Tapi sekali lagi, itu tidak
mudah. Hak bicara terbuka bagi siapa saja, dengan tanpa memiliki batas sampai
sejauh mana ia boleh membicarakan sesuatu. Dan efeknya memang sungguh tidak
sederhana, Rosululloh saw. mengatakan, “Cukup berdosa seseorang membicarakan
segala apa yang pernah ia dengar.”
Sekali lagi, barangkali Alloh
memberitahukan aib dan rahasia seseorang, untuk menguji lidah kita, jari kita, hati kita. Bisakah
kita menjaga posisi informasi yang sifatnya privasi itu untuk tidak
terpublikasi.
www.percik.id
BalasHapusMenjaga Posisi Informasi