PERCIK.ID- Benarlah
apa yang difirmankan olehNYA, bahwa semua yang ada di langit, bumi dan segala
yang ada di dalamnya bertasbih kepadaNYA. Tasbih dan dzikir manusia, tentu kita
bisa memahaminya. Sebagaimana aneka bentuk dzikir yang telah diajarkan Alloh
dan RosulNYA untuk hamba-hambaNYA. Lalu bagaimana dengan tasbih dan dzikir
makhluk lain, seperti hewan misalnya. Apakah mereka juga mengucapkan
dzikir-dzikir yang sama dengan kita?
Berdasarkan
pengalaman Nabi Daud as, sebagaimana dikisahkan Imam al-Ghozali dalam kitabnya,
Mukasyafatul Qulub, bahwa hewan-hewan yang ada di bumi ini bertasbih termasuk
cacing. Alloh sendiri yang memperlihatkan dan memperdengarkan kepada Nabi Daud
as. bagaimana dzikir cacing. Suatu ketika saat Nabi Daud sedang membaca kitab Zabur
di mushollanya, tiba-tiba ia melihat seekor cacing yang muncul dari tanah.
Melihat cacing kloget-kloget yang muncul dari tanah, Nabi Daud berkata
dalam hatinya, “Kira-kira apa ya yang dikehendaki Alloh dengan cacing ini?”
Tak ingin
sang Nabi terus larut dalam tanda tanya, Alloh pun mengizinkan cacing itu untuk
berbicara. Cacing pun berkata, “Wahai Nabi Alloh, pada siang hariku Alloh
mengilhamkan kepadaku untuk selalu membaca, subhanallôh wal hamdulillâh wa lâ
ilâha illa-llah wa-llôhu akbar seribu kali. Sementara pada malam hariku,
Alloh mengilhamkan kepadaku untuk membaca, Allôhumma sholli alâ sayyidinâ
muhammadin nabiyyil ummiyyi wa alâ âlihi wa sohbihi wa sallim seribu kali.
Lalu apa yang Anda ucapkan hingga aku bisa mengambil manfaat dari Anda?”
Mendengar
perkataan cacing itu, Nabi Daud as pun menyesal kerena dalam hatinya terbesit
kesan meremehkan cacing. Ia pun bertaubat
dan bertawakal kepada Alloh.
Nah,
kalau Nabi Daud as. yang terjaga dari dosa itu (ma’shum) menyesal karena
krentek dalam hatinya tentang cacing. Bagaimana dengan kita ini, berapa
banyak makhluk lain yang kita remehkan, dalam hati juga yang terang-terangan
kita rendahkan dengan perkataan dan juga sikap kita?
Jika Nabi
Daud yang terbesit dalam hati begitu saja, kemudian bertaubat, menyesal dengan
penyesalan yang berlipat-lipat. Lalu sepantasnya seberlipat-lipat apa
penyesalan dan taubat kita. Di mana tak terhitung berapa kali kita meremehkan
dan merendahkan makhluk lain, bahkan sesama kita, sesama manusia yang sudah
nyata-nyata dinash oleh Alloh sebagai makhluk terbaik dan mulia?
Berikutnya,
jika cacing makhluk yang mungkin dipandang jijik oleh sebagian orang, ternyata
saban harinya bertasbih dan berdzikir seperti itu. Lalu bagaimana dengan tasbih
dan dzikir kita, makhluk yang oleh Alloh sudah diangkat sedmikian tinggi
derajatnya. Sebanyak cacing itukah dzikir kita, atau justru jauh di bawahnya?
Ini tentu
perlu kita renungkan.
www.percik.id
BalasHapusTernyata Beginilah Cacing Berdzikir