PERCIK.ID- “Setebal-tebalnya
buku jika kamu rutin menyalinnya setiap hari, pasti akan selesai juga. Namun
lima kata saja kalau kamu selalu menundanya, maka sampai matipun kamu tidak akan
pernah menyelesaikannya.”
Ide bisa
muncul kapanpun dan di manapun. Seringkali kemunculannya pada saat-saat yang
tidak terduga. Kadang saat berjalan santai, tiba-tiba ide muncul, saat hendak
tidur, santai di rumah, ibadah di masjid, melihat langit, melihat pepohonan
bahkan saat buang air di kamar mandi ide juga bisa muncul begitu saja.
Menanggapi
kemunculan ide, setiap orang punya cara berbeda-beda dalam menanggapinya. Ada
yang mengikatnya dengan segera menulis ide itu. Ada pula yang menunda dengan
mengatakan, “Ah nanti saja kalau ada waktu saya akan menulisnya.” Dalam hal
tanggap terhadap kemunculan ide, jenis pertama sepertinya hanya beberapa orang
saja yang melakukannya. Sementara yang kedua sepertinya adalah umumnya kita,
termasuk penulis sendiri.
Menunda-nunda
erat kaitannya dengan kemalasan. Sementara kemalasan erat kaitannya dengan
penyesalan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang suka menunda-nunda akan
mengalami yang namanya penyesalan. Kemalasan bisa hinggap pada siapapun. Namun
ada orang yang melawan kemalasan itu. Ada pula orang yang memupuk kemalasan,
hingga akhirnya setiap aktivitas positif yang akan dilakukan selalu di-PHP
dengan kata nanti, nanti dan nanti. Ujung-ujungnya tidak jadi dikerjakan.
Dalam hal
menulis kita sering berubah “bak malaikat” ketika melihat sahabat atau teman
kita yang menghasilkan karya atau ketika kita mendapat motivasi menulis dari
mereka yang jago nulis. Semangat kita berkobar begitu luar biasanya. “Aku harus
menulis, kalau dia bisa mengapa saya tidak bisa.” Namun entah mengapa, seringkali
ketika laptop telah menyala dan berada di depan mata kita, semangat yang begitu
membara itu padam begitu saja. Yang muncul justru, adalah kata “nanti, nanti,
nanti kalau ada waktu luang tak nulis lagi.” Percayalah selamanya kita tidak
akan pernah menghasilkan karya tulis, jika kita terus memupuk kemalasan dan menunda-nunda.
Malas dan
menunda-nunda adalah dua sikap yang akan membuat kehidupan seseorang menjadi
sengsara dan merana. Melawan keduanya begitu berat. Kita mungkin tahu bahwa
perbuatan malas dan menunda bisa berakibat buruk ke depannya, namun di saat
tertentu kita tidak berdaya untuk melawannya. Untuk itu dalam agama, Nabi
Muhammad saw., mengajarkan do’a kepada kita agar di waktu pagi saat memulai
aktivitas dan sore ketika tubuh kita telah letih, untuk senantiasa membaca do’a
perlindungan dari kedua sifat itu, malas dan lemah (menunda-nunda).
Kita
tidak hanya gagal untuk menjadi seorang penulis, namun kita juga bisa gagal
sebagai manusia, jika membiarkan kedua sifat itu tumbuh subur dalam diri kita.
Benarlah apa yang dikatakan oleh ahli hikmah, bila engkau menyia-nyiakan satu
detik, berarti engkau menyia-nyiakan satu jam. Bila engkau menyia-nyiakan satu
jam, berarti engkau menyia-nyiakan satu hari. Bila engkau menyia-nyiakan satu
hari, berarti engkau telah menyia-nyiakan seluruh kehidupanmu. Untuk itu jika
kamu ingin meraih apa yang kamu impikan, buanglah dua sifat di atas, pun pula
jika dirimu ingin benar-benar menjadi
manusia. Katakan tidak untuk malas dan menunda.
www.percik.id
BalasHapusZaenal Abidin el-Jambey
Dua Hal yang Begitu Berbahaya dan Mengerikan