PERCIK.ID- Muhammad, putra Abdulloh dari suku
Qurays, lelaki yang menerima wahyu pada 610 Masehi beberapa abad silam, sebagai
tonggak awal karir kenabiannya. Sesosok manusia yang oleh al-Qur’an disebut dan
ditabalkan sebagai rohmat bagi seluruh alam.
Selama ini kita mengenal sang nabi
dengan arti, yang barangkali sama atau mungkin tidak jauh beda pemahaman satu
dengan yang lain di antara kita. Karya cendekia Islam yang merangkum sosok nabi
dengan kemasan tulisan pun sudah banyak beredar. Dengan alih bahasa daerah yang
membutuhkan.
“Sosok Nabi Muhammad saw.” adalah
pembahasan ke dua dalam karya Hadrotus Syaikh Achmad Asrori al-Ishaqi r.a.
pembahasan ini diurai tepat setelah Romo Yai Rori membabarkan “Nur Muhammady”
di bab pertama.
Sampai bab ini selesai dinarasikan, kita
akan menemukan sistematika penulisan blio yang sedikit berbeda dengan
sistematika penulisan cendekia Muslim sebelumnya – soal penggambaran sosok Nabi
Muhammad –
Berbeda dengan at-Tirmizi dalam Syamail
Muhammadiyah, atau Sayyid Maliki dalam Insanul Kamil yang
menggambarkan sosok Nabi secara fisik. Menggambarkan pawakan dan cara Nabi
bersosial, perangai dan bawaan, beda pula dengan Romo Yai Rori dalam Al
Muntakhobat, yang menarasikan Kanjeng Nabi melalui kacamata sufi.
Sebelum memulai pembahasan, Romo Yai
Rori memberikan catatan kecil, bahwa “untuk memangku keluasan ilmu, perlu
kiranya sesiapapun yang sedang belajar untuk mengenal istilah-istilah di
dalamnya”.
Nabi Muhammad saw, digambarkan al-Qur’an
sebagai rohmatan lil ‘alamin, wa dzu khuluq adzim, rohmat-kasih sayang
bagi semesta, yang berpakaian akhlak yang luhur nan indah. Dimana akhlak ini
tidak akan dimiliki oleh siapapun, tidak bisa disamai oleh siapapun, disaingi
apalagi dikalahkan oleh apapun atau siapapun.
Imam Ali karramallahu wajhah dawuh,
“Intisari al-Qur’an terdapat dalam surat al-Fatihah, intisari surat al-Fatihah
terletak dalam basmalah, intisari basmalah terletak pada huruf ba’, dan
intisari huruf ba’ terletak pada titik di bawahnya”.
Di kalangan ulama’ syariat atau
makrifat, titik di bawah huruf ba’ diartikan sebagai Nur Nabi Muhammad
yang mengawali segala sesuatu yang ada. Maqolah ini sekaligus menegaskan
pembahasan yang telah lalu, Nur Muhammady. Bahwa Kanjeng nabi Muhammad
adalah asal muasal segala penciptaan. Bahwa Kanjeng Nabi Muhammad adalah
alasan pokok mengapa jagad raya, dan seluruh cakrawala diciptakan.
Seperti disebutkan di awal, sistematika
penulisan penggambaran sosok Kanjeng Nabi oleh Romo Yai Rori adalah
dengan menggambarkan sosok Nabi dalam perspektif sufi, menerawang jauh ke masa
lalu, memungut jejak kisah penciptaan Kanjeng Nabi sampai prediksi peran
Kanjeng Nabi di hari akhir nanti.
Dalam hal ini, sebagaimana masyhur
dalam perbincangan banyak orang, Kanjeng Nabi adalah pemberi syafaat, di
hari kiamat kelak. Seorang hamba yang menyembah Tuhan yang Maha Kekal. Pemilik
saluran pertama syafaat, yang akan dialirkan pada orang yang beruntung, dan
dianugerahi keberuntungan.
Penggambaran macam ini, adalah
penggambaran yang perlu diimani. Penggambaran yang di dalamnya terdapat satu
jalan lurus, menuju bahagia yang dijanjikanNYA. Pun, sebaliknya, mengingkari
gambaran sosok Kanjeng Nabi seperti dinarasikan Romo Yai Rori, hanya
akan membuat orang yang mengingkarinya celaka, dan terancam dihukum lama di
neraka.
www.percik.id
BalasHapusLifa Ainur Rohmah
Kaca Mata Lain untuk Nabi