PERCIK.ID- Berawal
dari percakapan ringan dengan Gus Yusuf, salah seorang santri mukim di Pondok
Pesantren Ali Ba’Syah, Tambak Bening, Suroboyo tentang internet, diskusi bergeser
ke pembahasan lebih mendalam soal dibutuhkan ruang penyimpanan data yang besar.
Kebutuhan penyimpanan itu diperuntukkan untuk lalu lintas data, entah itu data
teks, gambar, suara, ataupun video yang diatur sedemikian rupa cermat dan
detail untuk menjaga kualitas dan safety lalu lintas internet tersebut.
Di
tengah-tengah diskusi tentang kebutuhan ruang penyimpanan data (storage), takdir Alloh, ingatan penulis dimunculkan kembali terkait bagaimana
proses terbentuknya tubuh manusia. Tubuh manusia meliputi kerangka tulang, jaringan
otot pencernaan, susunan syaraf. Masih belum lagi organ vital berupa jantung,
jaringan pembuluh darah dan lain-lainnya. Bagaimana terbentuknya organ tubuh
kita ini tentu memiliki database yang menyimpan informasi lengkap lagi sangat
detail dan terperinci tidak kurang sedikit pun terkait dengan struktur dan spesifikasinya.
Kita
bisa menganalisa dari organ jantung. Bagaimana struktur organ jantung terdiri
dari serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan dan bilik kiri. Belum lagi spesifikasi
otot jantung itu sendiri yang berbeda dengan otot yang lain karena berdetak
sejak di dalam kandungan sampai ajal menjemput tanpa pernah diservis secara
rutin. Bagaimana serambi kanan tidak sampai tertukar posisinya dengan bilik
kanan, bagaimana dengan kerja otomatis katup-katupnya. Ibarat membuat karburator
mobil atau sepeda motor, itu ada gambar teknisnya, seperti dimensinya, gambar
penampang samping, tampak atas tampak bawah tampilan 3 dimensinya,
ketebalannya, ukurannya bahan/material pembuatannya.
Itu
masih karburator belum chamber-nya,
belum elektriknya, belum persenelingnya, dan seterusnya. Dan penulis yakin itu
tidak cukup dalam 1 halaman folio, kalau dalam file yakinlah memory 32 GB pasti
masih kurang. Itupun masih bisa dilihat wujud fisik media penyimpanannya
walaupun kecil.
Lalu
bagaimana dengan tubuh kita ini, sebesar apakah “memory card” untuk menyimpan seluruh informasi atas tubuh kita ini
mulai dari ujung rambut kepala sampai dengan ujung kaki?
Percayakah
kalau penulis informasikan bahwa media penyimpan tersebut ukurannya
mikroskopis. Bagaimana tidak mikroskopis, wong informasi tersebut
disimpan di dalam materi yang namanya GEN. Padahal untuk melihatnya dibutuhkan
alat yang namanya mikroskop. Namun ukuran yang sedemikian kecil mampu menampung
informasi yang sangat detail tentang tubuh kita mulai dari ujung rambut kepala
sampai dengan ujung kuku kaki kita, dan proses pembentukannya begitu padu tidak
saling bertabrakan sampai menjadi bentuk yang sempurna untuk menjalankan
fungsinya masing-masing dengan harmoni.
Bagaimana
bisa dengan ukuran mikroskopis mampu menyimpan informasi yang begitu detail
tanpa ada sekecil pun yang terlewat. Bagaimana bisa GEN menyimpan informasi
tentang pembentukan lambung yang berisi asam lambung. Sedang yang namanya asam
itu memunyai sifat korosif. Okelah kalau dibilang tingkat keasamannya rendah,
tapi yang namanya asam tetap saja itu tidak menghilangkan sifat korosifnya.
Lalu bagaimana bisa “spesifikasi teknis” dinding lambung tidak tertukar dengan
spesifikasi teknis usus halus misalnya.
Begitu
pula halnya dengan posisi masing-masing organ tubuh kita. Sebut saja posisi
jantung, paru-paru, susunan sistem pencernaan mulai dari mulut sampai dubur
tidak sampai terbalik. Susunan tulang rusuk juga tidak sampai terbalik. Susunan
gigi juga tidak sampai terbalik. Bagaimana susunan pembuluh darah nadi dan
pembuluh darah vena yang menyebar ke seluruh tubuh kita dan masuk ke Jantung perfectly” tidak tertukar dan seterusnya.
Di manakah informasi yang detail itu tersimpan? lagi-lagi jawabannya di dalam
GEN manusia.
Belum
lagi kalau berbicara tentang fungsi masing-masing organ, yang notabene
informasi pembentukan organ tersebut juga ada di dalam GEN. Dimana organ-organ
tersebut berlangsung proses kimia sekaligus proses fisika berjalan beriringan,
bisa paralel bisa serial. Saling merespon dengan proporsional, dilengkapi
dengan sensor yang akurat, “jaringan komunikasi” dengan kualitas jauh diatas
fibre optik. Dan sekali lagi blue print itu semua ada di dalam GEN.
Belum
kalau menyinggung bahwa GEN adalah pembawa sifat dari orang tua kita, sedangkan
GEN orang tua kita membawa sifat dari kedua orang tuanya. Lha kalau
diteruskan maka akan sampai kepada manusia pertama, yaitu beliau Nabi Adam as.
Yang namanya GEN ini ukurannya tidak berubah tetap saja ukuran mikroskopis
namun mampu merekam informasi mulai dari manusia pertama sampai nanti
seterusnya. How come?
Bagaimana
bisa masih ada ruang untuk kesombongan, kalau berhadapan dengan yang namanya
GEN saja yang ukurannya lebih kecil dari kita, ternyata kita yang ukurannya
besar gak ada apa-apanya. Tanpa GEN, mustahil mewujud yang namanya makhluk
hidup.
Subhanalloh...Ya Alloh, menyadari itu semua nalar penulis tidak mampu menjangkau ciptaanMU. KehadiratMU, Ya Alloh penulis memohon ampunan yang seringkali lalai dalam menyukuri karuniaMU yang sempurna ini.
Fabi ayyi ‘âlâ irobbikumâ tukadzibân
www.percik.id
BalasHapusGayuh Soebijanto
Keajaiban Memori dalam Tubuh Kita