Khôtibun-nas 'ala qodri
ukulihim
“Berbicaralah dengan manusia itu sesuai dengan tingkatan akal mereka”
Rosululloh saw. menyatakan hadis tersebut 14 abad yang lalu. Tapi rasanya sangat relevan untuk mengakomodir kepedulian orang yang berbicara kepada orang yang diajak bicara. Jangan sampai apa yang dibicarakan terlalu tinggi untuk kadar orang yang diajak bicara tersebut. Dengan begitu, apa yang diucapkan bisa jadi muspro belaka, atau bisa jadi malah mengakibatkan miskomunikasi. Bagi orang modern, konsep macam ini jika dicetuskan oleh orang sekarang barangkali bakal menjadi teori komunikasi yang punya potensi dikomersialkan.
Tapi, di era
informasi macam sekarang, konteks kadar apa yang dibicarakan bukan saja bagi
orang yang diajak bicara, tapi yang berbicara itu sendiri. Sebab informasi
sudah kadung datang dengan demikian derasnya. Orang mendapatkan beragam informasi
dan bahkan bagi sebagian orang, informasi tersebut ditelan mentah begitu saja.
Na’asnya, tidak sedikit yang dengan informasi yang didapat tersebut, ia seolah
sudah menjadi ahlinya.
Orang berbicara
sedemikian tinggi soal-soal yang bahkan bagi dirinya sendiri ia masih asing. Ia
hanya tahu sebagian kecil dari informasi besar yang semestinya dikuasai. Tapi
apalah daya, kehidupan yang serba instan membuat nalar pikir juga seringkali
instan dan sederhana.
Itulah sebabnyaa,
ala qodri uqulihim tidak hanya menyesuaikan kadar siapa yang diajak
bicara, tapi juga ala qodir uqulukum, harus sesuai kadar dan kapasitas
orang yang berbicara itu sendiri. Sebab sebagaimana ala’ qodri uqulihim
yang berpotensi menciptakan kerusakan karena ketidaksesuaian antara yang
disampaikan dan yang ditangkap. ‘ala qodri uqulukum malah bisa jadi
sudah salah sejak disampaikan.
Tentu bagi
kehidupan yang sudah kadung instan macam sekarang, menela’ah dan mengkaji
detail segala sesuatu sebelum disampaikan bukan barang mudah. Dunia sudah
jamannya share dan copy-paste, pengkajian dan tela’ah hanya laku
bagi orang-orang yang ingin ribet dengan orisinalitas, otentitas, dan
idealisme. Kalau hanya mengejar “selesai”, jalan pintas terbuka sedemikian lebar
tanpa perlu kajian macam-macam.
Tapi kalau begitu
caranya, mbok ya jangan ngaku ahli, apalagi ahlinya ahli.
PERCIK.ID
BalasHapusKadar dan Kapasitas
https://www.percik.id/2020/10/kadar-dan-kapasitas.html