PERCIK.ID- Kita sudah sedemikian masyhur dengan ungkapan “manusia tempatnya salah dan lupa”. Selain tahu, tentulah semua orang setuju dan sepakat soal kenyataan ini. Bahkan ada sebagian orang berbuat dosa yang berlindung di balik ungkapan tersebut dengan mengatakan, “kalau tidak berbuat dosa, nanti malah tidak manusia” katanya.
Padahal tanpa niat dan keinginan pun, manusia, apapun kedudukannya, punya
potensi melakukan kesalahan dan dosa yang sama. Tapi dengan dosa itu pula,
manusia diguyur dengan hikmah yang tak terkira.
Satu hal yang barangkali tidak banyak orang tahu, bahwa Alloh memberikan
dosa untuk kita nikmati. Sekali lagi, Alloh –Tuhan semesta alam- menyematkan
dosa kepada manusia untuk dinikmati dengan sebenar-benar nikmat.
Sebelum kesana, mari kita melihat realitas lain yang menuntut kesadaran
kita untuk kemudian secara disiplin menjauhi hal ini. Yaitu realitas
kecongkakan manusia. Betapa konsep “manusia tempatnya salah dan lupa” terkadang
tidak mampu membentengi diri untuk tidak bersikap congkak dan sombong. Labelnya
jelas, “tempat salah dan lupa”, tapi nyatanya kecongkakan, kesombongan dan
merasa bisa tetap saja bersemayam.
Biasanya ini perasaan semacam ketika Tuhan menyematkan “sedikit” anugerah
bisa melakukan sesuatu lebih dari yang kebanyakan orang bisa. Seketika orang
lupa bahwa naluri salah dan lupa melekat pada dirinya. Padahal betapa mudah
Alloh menghapus kemampuan itu dari dirinya dan ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Terkadang Tuhan memang menguji seseorang bukan dengan kekurangan dan dosa,
tapi dengan kelebihan dan kebaikan. Mampukah ia menata perasaanya untuk tidak
merasa lebih dibandingkan orang lain meski hanya sepersekian kelebat. Mampukah
dengan kemampuan yang dimiliki, ia tidak merasa hebat dan merasa lebih hebat
dari orang lain? Mampukah dengan kebaikan yang diperbuat, ia tidak merasa lebih
baik dari orang lain?
Atas ketidakberdayaan manusia menghadapi perasaan lebih itulah manusia
diciptakan dengan dosa dan kesalahan. Betapa akan lebih angkuh dan sombongnya
ketika manusia diciptakan tanpa dosa dan salah, misalnya. Bukankah perasaan
hebat dan lebih hebat itu tidak hanya berkelebat saja, tapi sudah sampai pada
tataran bersemayam?
Maka dari itulah, kesalahan dan dosa adalah caraNYA memberikan nikmat
rohani kepada manusia. Dengan apa?
Dengan bertaubat kepadaNYA. Taubat adalah pelepasan hasrat atas
kesalahan yang telah dilakukan oleh seorang hamba kepada Tuhannya.
Tak kurang-kurang Alloh memberikan apresiasi kepada manusia-manusia yang
merelakan diri bersimpuh di hadapanNYA, mengakui segala dosanya. Orang yang
bertaubat dijadikan oleh Alloh sebagai salah satu kategori manusia yang amat
Alloh rindukan. Alloh mencintai orang-orang yang mau meminta ampun, mau
menghaturkan segala kesalahannya, mau bertaubat kepadaNYA.
Bukankah tanpa dosa, perasaan bersalah dan merasa penuh kekurangan tidak
akan pernah bisa “kaffah” dan paripurna sepeti ketika kesalahan itu nyata ia
rasakan dan sadari. Hikmah manusia sebagai makhluk “auto berdosa” adalah cara
Tuhan untuk memberikan nikmat berupa taubat.
Wal akhir, naluri kita sebagai manusia sepertinya membutuhkan pemuasan diri
dan merasa lega ketika kesalahan yang dilakukan terlampiaskan lewat permintaan
maaf yang tulus. Kepada kekasih kita, permintaan maaf atas kesalahan adalah
cara untuk menumpahkan segala rasa penyesalan. Belum sempurna rasanya jika
tidak tertunaikan.
Kepada Tuhan, hamba-hamba yang menjadikanNYA sebagai “kekasih” merasakan
kenikmatan dan kepuasan dengan bertaubat dalam hamparan-hamparan kesalahan yang
ia lakukan dan menyuguhkan kepasrahan serta harapan atas nama cinta.
www.percik.id
BalasHapusAhmad Yusuf Tamami
Menikmati Dosa