PERCIK.ID- Saya sebenarnya ogah menulis soal-soal beginian. Dan, hei, jangan buru-buru berpikir bahwa saya mau sok suci atau jangan juga menduga saya sudah menjajaki derajat manusia-manusia mulia yang tidak doyan dunia. Justru sebaliknya! Saya ini masih pol suka sama duit, pol kadonyan, pengen menggenggam dunia dan seisinya, dengan segala macam bentuk dan turunannya.
Hanya saya bersyukur masih
diberi kesadaran, bahwa kalau nuruti soal-soal begituan, itu bukan cuma buruk,
tapi bisa juga menghancurkan diri saya. Maka tulisan-tulisan soal uang, harta,
sugih, dan semacamnya tetap harus saya tumpahkan dalam sudut pandang yang
presisi supaya menjadi pegangan, atau, ya, minimal untuk menjadi catatan
belajar buat diri sendiri.
Nah, belum lama ini, kabarnya Elon
Musk, sang inovator-inventor-bisnisman itu menyalip Jeff Bezos dalam soal
kekayaan dan menjadikannya manusia terkaya sejagad (duh, asli megahi banget
nulis begini ini). Setahun terakhir, saham perusahaan mobil listrik Tesla naik
tak kurang dari enam kali lipat sehingga melejitkan Elon melampaui Jeff Bezos
dengan amazon.com-nya.
Jujur saja, ketika membaca
berita itu, tidak ada lagi kekaguman bagi saya seperti kehebohan yang dulu saya
saya rasakan saat membicarakan hal-hal serupa: tentang kekayaan, globalis-globalis
berpengaruh macam Bill Gates, Warren, atau misalnya tentang Jeff Bezos yang pernah
juga menggulingkan Bill setelah sekian dekade bertengger di puncak klasemen
manusia terkaya di dunia.
Tentu saja saya wajib
bersyukur akan ketidakgoyangan hati saya pada berita itu. Menganggapnya
biasa-biasa saja, justru buat saya prestasi yang luar biasa. Itu menurut saya
lho ya. Menurut njenengan, gitu juga ndak?
Dan justru pada bagian inilah
saya kagum dengan Elon. Menanggapi takdirnya saat mendapat rejeki berlimpah
dari naiknya nilai saham perusahaan Tesla miliknya sehingga menjadikannya
milyarder nomor wahid, beliaunya sendiri justru me-response dengan heran, “How strange“.. Aneh.. katanya.
Jadi bagi Elon, barangkali
menjadi kaya, bahkan nomor satu sekalipun, tak mengubah apa-apa. Hidupnya ya
begitu-begitu saja, dalam makna tak terlalu berarti atau tidak gitu-gitu amat
lah. Karena kita semua tahu, yang amat penting baginya, yang menurutnya sangat
‘sesuatu’ adalah inovasi, visi, dan arah tujuan bisnis. Duit? Disebutkan dalam
beberapa literatur atau wawancara yang pernah ia lakukan, dia bilang bahwa buat
bisnis dia rela rugi!
Kita sudah semestinya khatam
mengerti maqom bisnisman yang diduduki Elon seperti apa, hingga tak
penting-penting amat baginya kekayaan, uang, atau apalagi sekadar
rangking-rangkingan menjadi siapa yang paling. Karena toh memang, duit kan kan
akibat logis saja, bukan subyek utama yang menjadi tujuan dari apa yang kita
cari dan kerjakan.
Pada banyak persoalan,
menentukan visi secara akurat inilah titik krusialnya. Sebab karena godaan
syahwat dunia tadi, manusia sering meleset dalam membidik tujuan. Dalam apapun
saja bidang; bisnis, pendidikan, berkesenian, atau apapun saja. Justru
gara-gara uang, tujuan-tujuan besar, menjadi gamang bahkan hilang tak
terpegang.
Elon tentu saja tak mendalami bahwa hidup adalah soal pengabdian dan penghambaan pada Kekuatan Yang Mahakaya, tapi setidaknya ia tak pernah didekte atau dihamba-hambakan oleh sekedar kekayaan atau uang.
www.percik.id
BalasHapusKaya, Lantas Apa?