PERCIK.ID- Pagi adalah peneman bangun yang setia, meski kadang atau bahkan sering tidak sepenuh hati. Bangun pagi dijalani dengan tidak kaffah, alias setengah-setengah. Itu artinya, aroma tidur masih dibawa ke teritori alam sadar.
Dalam suatu cerita yang diriwayatkan dengan derajat maudlu', seorang anak
muda di suatu daerah yang jauh dari Afrika -yang jelas bukan tidak Surabaya-
setiap pagi bangun sebelum adzan subuh berkumandang. Selalu seperti itu.
Bahkan dalam riwayat yang lain, pemuda itu seringkali memilih tidak tidur
demi afdholiah malam yang mulia. Subhanalloh.
Sebagaimana malam yang ia yakini mulia, ia tentu mengisi malamnya dengan
amaliah yang mulia pula. Tak tanggung-tanggung, ia mengambil spirit dari siroh
Nabawiyah yang pernah ia dengar dari seorang ustas sebagai pengisi malamnya.
Ia bak berlaga di medan Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khondaq dengan
alat bercahaya yang ada di depannya. Subhanalloh, Allohu Akbar. Tidak lain, ia
sedang bermain Mobil Lejen.
Menurutnya, Mobil Lejen adalah manifestasi spirit perang Nabi dan para
sahabatnya. Ia berimajinasi sedang membunuh para kafir laknatulloh yang
memusuhi perjuangan agama Alloh. Maka dengan semangat membara ia habis-habisan
berusaha untuk tidak kalah, demi harkat dan martabat Islam.
Allohu Akbar.
Takbiir!!!
Allohu Akbar.
Beberapa menit sebelum solat subuh berkumandang, ia memilih menyudahi
perang jihadnya kemudian melaksanakan qiyamul lail. Ia mengambil wudlu,
kemudian ngefly dalam solatnya. Pada momen itulah, tidur dan sadar mulai
berbagi ruang.
Di sujud panjangnya yang secara grade berada di atas khusyuk, tiba-tiba
adzan subuh berkumandang. Ia pun cepat gemregah dan bangkit dari sujud kemudian
salam.
Sedetik kemudian ia baru sadar bahwa sujud tadi adalah sujud pertama di
rokaat yang pertama. Ia pun lantas tak henti beristighfar dengan penyesalan
yang sungguh. Astaghfirulloh ia rapalkan tiada henti.
Pasca itu, dengan kesadaran penuh dan dengan langkah yang cepat, ia
bergegas pergi ke masjid untuk solat subuh.
Tentu setelah solat ia tak langsung pergi. Wiridanlah ia agak lama sambil
menunggu pengajian rutin ba'da subuh dimulai.
Ia lihat beberapa jama'ah yang wiridan ngantuk berat, bahkan ada beberapa
yang tidak mampu mengendalikan kepalanya hingga sampai gelang-geleng,
menunduk-mendongak.
Beberapa orang yang wiridan bahkan terlihat tak bergerak tasbihnya, tapi
ketika bangun langsung meloncati dua puluhan biji tasbih, seolah tidurnya
berisi wirid.
Pamuda itu lantas membatin,
"Orang-orang ini, wiridan kok tidak khusyuk begitu."
Beberapa saat kemudian pengajian dimulai. Tapi belum juga masuk pembahasan,
ia sudah dihantar ke alam tidur bersama dengan sesekali dengkur yang keras.
Para jama'ah yang lain membiarkannya sambil sesekali tersungging senyum ketika
dengkurannya melebihi keras suara ceramah bapack ustas.
Pengajian dapat setengah, orang di sampingnya tersawabi amaliah tidur anak
muda itu hingga jadi ikut ngantuk juga. Sesekali orang di samping pemuda itu
sliyat-sliyut, meski tidak sampai tertidur lama.
Ndilalah pas sliyat-sliyut, pemuda itu bangun dan segera mengedarkan
pandangannya ke kanan dan kiri dengan cepat. Ia dapati orang di pinggirnya
mengantuk. Tanganya segera menjawil orang dipinggirnya, dengan berisyarat,
"Jangan tidur!"
Orang di belakang yang melihat aksinya terkikik dalam hati.
"Baru bangun kok bangunin orang baru akan tidur" batin orang itu.
Bayangkan, baru sliyat-sliyut sebentar, eh lakok dibangunkan orang yang
sepanjang pengajian tidur mendengkur dengan jawilan isyarat, "Jangan
tidur"
Orang di sampingnya diam saja ketika dibangunkan, seolah memaklumi
perilakunya. Ia memilih melek saja tanpa mempermasalahkan dibangunkan oleh
orang yang baru bangun dari tidur berkepanjangan.
Setelah membangunkan, pemuda itu mengeluarkan hp berlogo buah cokotan dan
dengan sigap serta cepat membuka instagram. Tak ada pemberitahuan. Tak ada
berita baru. Maka ia geletakkan saja hp nya dan ia -seolah- sibuk mendengarkan
pengajian.
Lakok ndilalah 5 menit kemudian ia tertidur kembali. Bahkan dengan dengkur
yang lebih berpower.
Ia baru bangun kemrekal dan benar-benar sadar ketika salam diucapkan oleh
bapack ustas. Bangkitlah ia dari duduk dan pulang berjalan kaki bersama jama'ah
yang lain. Ngobrol-ngobrol lah mereka sampai kemudian pemuda itu nyeletuk,
"Lo lah ya, orang di pinggirku tadi lo, masak ngaji kok sliyat-sliyut.
Tidak menghargai bapack ustas sama sekali. Keterlaluan memang. Untung tadi
orang itu saya bangunkan."
Jama'ah yang lain mendengar celotehnya diam saja seolah seperti itulah yang
diucapkan setiap kali pulang pengajian. Mereka lebih memilih memandang banner
di warung kiri jalan bergambar botol ukuran 330 ml, 600 ml, 1500 ml dan galon
19 liter yang bertulis,
"Air Sehat Berkhasiat, benOmari"
Salah satu jama'ah berwajah bercahaya, senyum tersungging, aura positif
memancar, dengan intonasi yang lugas dan tegas berkata,
"Memang, tidak ada air minum sebaik benOmari"
Katanya, sambil mengangkat jempol sebagai penegas apa yang ia ujarkan.
----
Tulisan ini mengandung unsur iklan, tetapi mengungkap fakta bahwa air sehat berhasiat benOmari memanglah air minum yang berkualitas dan sangat tepat untuk dikonsumsi setiap hari sebagai bagian dari sunnatulloh sehatnya tubuh kita. Bisa dicek secara ilmiah, dan bisa pula dirasakan efek baiknya pasca meminum air ini. Segar dan tentu berkah. Insya Alloh
www.percik.id
BalasHapusRehat: Nduding