PERCIK.ID- Kita berada pada bulan Robiul Awwal, tepat minggu kedua di mana manusia agung baginda Rosululloh Muhammad saw dilahirkan. Setiap tahun banyak dari umat islam mengekspresikan kegembiraan akan kelahiran beliau itu dengan berbagai macam perayaan. Di masjid-masjid, mushala-mushala sampai di gang-gang kampung, biasanya semarak dengan aneka kegiatan dakwah, dzikir, sholawatan, lomba-lomba kegamaan dan lain sebagainya. Tak ada yang salah, bahkan sangat bagus dengan aneka ekspresi itu, asal tidak dilakukan dengan berlebihan.
Robiul Awwal adalah bulan yang istimewa. Tak hanya istimewa
sebab pada bulan ini baginda Nabi Muhammad dilahirkan, namun makna yang
terkandung dalam bulan Robiul Awal ini juga begitu luar biasa.
Robiul Awwal memiliki arti robi yang berarti musim
semi dan Awwal yang berarti yang pertama. Kelahiran beliau saw di bulan Robiul
Awwal mengandung makna, awal berseminya kebenaran. Berseminya cahaya tauhid. Mula
pertama berseminya cahaya Robbani yang akan memancar ke seluruh alam, setelah
sekian lama tenggelam dalam tatanan social dan moral yang Jahili.
Musim semi adalah kondisi musim yang paling ideal. Sejuk,
tetumbuhan menghijau yang enak dipandang. Udara segar. Menenangkan. Rentang waktu
siang dan malam tidak terlalu panjang. Musim semi adalah musim yang bebas dan terlepas
dari segala macam penyakit yang timbul di musim gugur dan musim panas. Dalam keseharian
siang dan malamnya manusia dalam kondisi ghiroh yang tinggi dan diliputi
oleh semangat yang tinggi. Kondisi yang identik dengan syariat yang dibawa oleh
baginda Nabi Muhammad saw.
Karena itu, sangat patut kiranya bulan ini kita semua
mengekspresikaan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw. Mari di bulan Robiul Awal ini
kita jadikan momentum untuk bangkit dengan semangat istiqomah meneladani sunnah-sunnah
beliau. Sehingga membawa dampak positif pada kesadaran dan perilaku keseharian
kita. Jangan sampai tahun demi tahun kita merayakan kelahiran nabi tapi tidak ada
dampak apapun pada perubahan spriritualitas kita untuk semakin baik dan lebih
baik lagi.
Tentang ekspresi kegembiraan akan kelahiran Nabi Muhammad,
mungkin kisah tentang Abu Lahab, paman nabi Muhammad saw bis akita jadikan
renungan. Riwayat ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dalam shahihnya, Imam Abdur
Rozaq dalam Mushonnafnya. Imam al-Baihaqi dalam Dalailun Nubuwah dan juga Imam
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari. Kisahnya beberapa saat
setelah Nabi Muhammad lahir, hamba sahaya Abu Lahab yang bernama Tsuwaibah mengabarkan
kepada Abu Lahab bahwa putra Abdullah yang tak lain adalah keponakannya telah
lahir.
Abu Lahab ikut bergembira akan kelahiran Muhammad,
kemenakannya. Saking gembiranya, ia pun memerdekakan Tsuwaibah. Meskipun
empat puluh tahun kemudian Abu Lahab tampil sebagai salah seorang yang sangat
memusuhi Nabi saw. Namun kegembiraannya akan kelahiran nabi yang dieksperisikan
dengan sedekah memerdekakan budak yang dimiliki diberi apresiasi oleh Allah.
وذكر السهيلي ان العباس قال:
لما مات ابو لهب رايته في منامي بعد حول في شر حال فقال: ما لقيت بعدكم راحة، الا
ان العذاب يخفف عني كل يوم اثنين، قال: وذلك ان النبي صلى الله عليه وسلم ولد يوم
الاثنين، وكانت ثويبة بشرت ابا لهب بمولده فاعتقها
Imam as-Suhaili menuturkan bahwa paman nabi yang lain,
al-Abbas beberapa waktu setelah kematian Abu Lahab bermimpi bertemu dengan Abu
Lahab. Kepada Abu Lahab, al-Abbas bertanya perihal keadaannya. Abu Lahab pun
menjawab bahwa setiap hari senin siksanya diringankan. Sebab pada hari itu
adalah hari kelahiran nabi Muhammad dan ketika dikabari oleh hamba sahayanya
bahwa Muhammad telah lahir Abu Lahab pun bergembira kemudian memerdekakan hamba
sahayanya itu. (Kitab Fathul Bari Juz 9 halaman 145, Maktabah asy-Syamilah)
Berkenaan dengan ini, al-Hafidz Syamsuddin Ibnu al-Jazari
dalam kitab ‘Urf At-Ta’rif bi
al-Maulid asy-Syarif mengatakan,
فإذا كان أبو لهب الكافر
الذي نزل القرآن بذمه جوزي في النار بفرحه ليلة مولد النبي صلى الله عليه وسلم به
، فما حال المسلم الموحد من أمة النبي صلى الله عليه وسلم يسر بمولده ويبذل ما تصل
إليه قدرته في محبته صلى الله عليه وسلم ؛ لعمري إنما يكون جزاؤه من الله الكريم
أن يدخله بفضله جنات النعيم
“Jika Abu Lahab yang kafir dan mendapat celaan dalan
al-Quran diberi ‘balasan pahala’ di neraka karena kegembiraannya di malam
kelahiran Nabi Muhammad saw., lalu bagaimana dengan seorang Muslim yang meng-Esakan
Alloh dari umat Muhammad Saw. yang senang dengan kelahirannya dan mengerahkan
segala kemampuannya untuk kecintaannya kepada Nabi Muhammad saw? Saya
bersumpah, balasannya dari Alloh tidak lain akan memasukkannya ke dalam surga
kenikmatan dengan anugerahNYA.”
Jadi mari bersama-sama kita ekspresikan kegembiraan kita pada
hari dan bulan kelahiran Nabi Muhammad saw ini dalam bentuk yang positif,
bermanfaat dan berdaya. Mau dengan bersedekah, sebagai wujud syukur atas lahirnya
kanjeng Nabi silahkan. Dengan memberi makan orang fakir miskin, memperbanyak dzikir,
dan sholawat silakan. Dengan mengadakan kajian-kajian, membaca sirah nabi Muhammad
silakan. Asalkan ekspresi-ekspresi itu baik, bermanfaat dan berdaya untuk tambahnnya
mahabah atau kecintaan kepada Rosululloh saw. silahkan dikerjakan. Yang jelas,
momen maulidun nabi ini harus kita jadikan sebagai momentum kebangkitan.
Semoga Alloh menolong kita untuk mau dan mampu meneladani akhlak mulia baginda nabi. Amiin.
Tulisan yang Lain
www.percik.id
BalasHapusZaenal Abidin el-Jambey
Rahasia Robiul Awwal dan Ekspresi Kegembiraan Merayakannya