PERCIK.ID- Sudah barang tentu di setiap nasihat pernikahan ada doa selain keberkahan yang umum dipanjatkan, “Semoga sakinah, mawaddah, wa rohmah.” Tiga kosa kata yang termaktub di Surat ar-Rum: 21. Pengantin baru pun bergiat-giat mengaminkan do’a kebaikan tersebut seraya mempelajari lebih lanjut konsep sakinah, mawaddah, wa rohmah tersebut dari berbagai sumber. Sebagai manten yang belum terlalu lama tapi tidak terlalu baru, saya dan istri masih terus belajar dan menyesuaikan diri dengan konsep keluarga sakinah. Learning by doing!
Sakinah
lebih sering menjadi frasa yang digunakan sebagai judul family goal.
Jarang kita menemukan konsep keluarga mawaddah atau keluarga rohmah,
yang ada keluarga sakinah. Secara literal sakinah memiliki padanan kata
tenang, damai, tentram, nyaman, ayem. Sakinah adalah gambaran suasana di
dalam keluarga yang membahagia, gembira, jauh dari resah, gelisah, dan gundah gulana. Karena sakinah ini
ada di dalam keluarga maka wajib keduanya, suami dan istri yang merasakan,
bukan salah satunya. Suami adalah tempat yang nyaman bagi istri, begitu pula
sebaliknya.
Kesakinahan
dalam keluarga juga akan lebih bermakna ketika Alloh mengamanahkan seorang, dua
orang, tiga orang anak, dan seterusnya yang jelita, cantik, solihah atau yang
tampan, gagah, dan solih. Kehadiran anak merupakan fitnah dunia yang bisa
menjadi rejeki
berbuah berkah. Ia akan menjadi fitnah ketika orangtua tidak mempersiapkan
pendidikan di dalam rumah dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, ia akan menjadi
mahkota kedua orang tua di akhirat ketika pelajaran akhlak, budi pekerti, dan
aqidah dipersiapkan sebaik mungkin oleh kedua orang tuanya. Sungguh anak menjadi
sumringahnya sepasang suami istri ketika terlahir ke dunia. Ia menjadi semangat
baru bagi kedua orang tuanya untuk terus berbenah menuju ketakwaan. Berbenahnya
orang tua untuk lebih mendekat kepada Alloh agar anak mampu merekam perilaku
kedua orang tuanya. “...Quu anfusakum wa ahlikum nâ rô..” Qs.at-Tahrim:
6, Alloh menyerukan kepada setiap orang beriman untuk menjaga diri dan keluarga
dari siksa api neraka, maka kekompakan suami istri sebagai orang tua untuk
menjadi role model terbaik bagi anak. Menjadi orang tua teladan di
hadapan anak adalah keniscayaan.
Syahdan,
sakinah akan tumbuh bermekaran seusai seorang ayah pulang dari kewajibannya
menjemput nafkah. Lelahnya jiwa raga karena pekerjaan akan terbayar dengan
langkah-langkah kecil bocah-bocah di rumah yang lari menyambut kedatangan ayah.
Sakinah hadir seiring peluk cium mereka yang ayah sambut dengan seutas senyum. Betapa
teduhnya pemandangan itu, sang ayah terlalu asyik dengan senda gurau anak-anak
hingga lupa untuk berganti pakaian. Di tengah-tengah hiruk pikuk suasana
sakinah tersebut, datanglah istri yang sudah menyeduh kopi atau teh panas untuk
menyegarkan letihnya seorang suami. Aduhai, berbungalah kembali sakinah di
bawah atap rumah tersebut.
Anak ketika masih kecil bagaikan malaikat, ia mampu memberikan sensor dan kepekaan untuk kedua orangtuanya. Kapan seorang ayah harus lebih gayeng dengan anak? Kapan seorang ibu harus berasyik-asyik dengan anak? Semuanya didapatkan dari sinyal yang diberikan seorang anak. Saat itulah, sakinah di tengah keluarga akan tercapai. Keluarga yang bahagia, minim masalah, solutif di tiap problem yang muncul dan saling mendukung dalam ketaatan akan melahirkan ketentraman. Ketentraman inilah yang kemudian menjadi family goal: keluarga sakinah.
Baca Juga:
Pencerahan bagi keluarga , terlebih keluarga baru.
BalasHapus