PERCIK.ID- Bagi umat Islam, jelas tak dipungkiri bahwa mereka
pasti menganggap bahwa sosok Kanjeng Nabi Muhammad saw. merupakan sosok yang
sempurna, ter-the best. The best dalam aspek-aspek yang baik. Di
sisi yang lain, umat Islam juga sadar bahwa sosok yang jelas paripurna itu juga
mendapat pertentangan yang luar biasa keras dari orang-orang sezamannya.
Padahal, orang-orang itu bisa merasakan dan melihat bagaimana kebaikan beliau
secara langsung. Tapi toh nyatanya banyak dari mereka yang memusuhi
Kanjeng Nabi dengan berbagai alasan yang membuat sosok Muhammad tidak hanya
terdegradasi sebagai sosok yang sempurna, tapi bahkan berbalik menjadi sosok
yang buruk.
Bayangkan, sosok yang kita anggap paripurna
-tidak hanya sekadar baik-, masih dianggap buruk oleh orang lain. Lantas
bagaimana dengan orang-orang yang baiknya magak? Pasti lebih banyak yang
menganggapnya masih buruk. Juga sebaliknya, orang-orang yang kita anggap buruk
sebagaimana Abu Lahab, Abu Jahal, tapi ternyata juga masih ada yang pengikutnya
dan menganggapnya baik.
Sesuatu yang dalam pandangan kita jelas buruk
ternyata masih ada yang menganggap baik. Dalam hal ini, kita tidak hanya akan
berhenti bahwa itu soal selera dan sudut pandang belaka, tapi juga perlu
memuaraknnya bahwa itu merupakan bagian dari cara Tuhan membagi cinta.
Bagi sebagian orang, duren itu enak dan
baunya khas. Tapi bagi sebagian orang yang lain, duren adalah momok, yang
jangankan memakannya, mencium aromanya saja bikin pengen muntah.
Ada orang yang suka dengan kucing sebab
menganggapnya lucu dan menggemaskan hingga rela mengeluarkan banyak uang untuk
memeliharanya. Tapi nyatanya ada pula yang merasa geli dengan kucing dan enggan
berdekatan dengannya.
Ada orang-orang yang suka tetumbuhan dan
begitu gemati mengurusinya. Tapi juga ada orang
yang jangankan open, peduli saja tidak.
Ini bukan hanya soal baik buruk atau soal
selera, tapi betapa ternyata Alloh membagi cinta dengan begitu luasnya dengan
kesukaan-kesukaan yang berbeda.
Kebanyakan kita bergidik dengan ular. Tapi nyatanya
ada orang-orang yang rela memeliharanya dengan menganggapnya menggemaskan.
Mayoritas orang mungkin menganggapnya aneh, tapi itulah kenyataannya dan
benar-benar ada.
Dalam pandangan kita, kita semua sepakat
bahwa umumnya singa, macan itu buas. Tapi terhadap anaknya, mereka mencurahkan
kasih sayang dengan luar biasa.
Pada titik ini, kita semestinya tidak bisa
menjadikan satu kesenangan sebagai patokan baku dan merendahkan orang lain yang
tidak suka dengan apa yang kita suka. Kita tidak bisa menganggap buruk orang
yang tidak suka kucing dengan menganggap sebagai tidak pecinta binatang. Kita
tidak bisa menganggap buruk orang yang tidak suka tumbuhan dengan menganggapnya
tidak peduli lingkungan. Sebab selagi tidak membenci dan menganggunya,
segalanya masih normal saja.
Tuhan menebarkan cinta lewat berbagai selera
yang membuat alokasi cinta dan kasih sayang menjadi tidak monoton dan itu-itu
saja.
Memangnya apa serunya pertandingan el-clasico
jika semua orang mendukung Real Madrid. Apa serunya derbi Jawa Timur antara
Persebaya vs Arema jika semuanya adalah Bonek. Tuhan mengalokasikan cinta
kepada keduanya dengan membagi hati mereka untuk mencintai Persebaya atau
Arema. Tuhan membagi cinta untuk keindahan, bukan sebagai alasan untuk
menjadikan cinta pada salah satunya sebagai alat saling membenci dan
bermusuhan.