PERCIK.ID- Saya rasa tak
akan ada yang menyangkal kalau ada yang mengatakan pengetahuan Nabi itu
melintasi ruang dan waktu. Kepada para sahabatnya, Kanjeng Nabi banyak bertutur
tentang kejadian masa lalu yang dialami para nabi dan orang-orang terdahulu
yang tidak tercatat dalam al-Qur’an. Kita tidak akan tahu kisah bagaimana solat
istisqo’ Nabi Musa yang tidak dikabulkan Alloh lantaran ada salah
seorang diantara jama’ahnya yang nggembol dosa dan belum bertobat, kalau
seandainya kisah itu tidak pernah disampaikan Kanjeng Nabi.
Di waktu-waktu
lain, beliau juga menerangkan beragam peristiwa yang akan terjadi di masa
mendatang. Dari beliaulah kita tahu dan bisa memperkirakan tanda tanda kiamat
juga berbagai hal yang patut diwaspadai serta bagaimana seharusnya kita
bersikap.
Kalau tidak
salah, kemampuan semacam ini oleh orang jawa disebut waskito, weruh
sederunge winarah. Kemampuan mengetahui sesuatu yang akan terjadi.
Rupanya bukan
cuma Beliau yang punya kemampaun semacam ini. Di kitab-kitab klasik, utamanya
kitab tasawuf, akan kita temukan beragam kisah tentang orang-orang terpilih
-sebut saja para wali- yang dianugerahi Alloh kemampuan serupa. Meskipun tentu
tidak lantas bisa kita simpulkan kemampuan mereka menyamai Nabi. Karena apa yang
mampu dijangkau oleh para wali di kisah-kisah itu biasanya berbatas waktu yang
tidak lama. Walloh a’lam. Tapi, yang jelas, itu adalah anugerah Alloh
yang tidak diberikan ke sembarang orang.
Misalnya di dalam
kitab “Minhajul Abidin”, Imam Ghozali mengutip beberapa hadis Nabi dan
akhbar yang seolah-olah secara khusus memang ditujukan sebagai nasihat untuk
kita semua, netizen Indonesia. Yang dalam beberapa hari atau bulan terakhir
sibuk dalam berbagai pergulatan.
Imam Ghozali
mengutip
إِذَا رَأَيْتَ النَّاسَ مُرِجَتْ عُهُودُهُمْ وَ خُفَّتْ
أَمَانَاتُهُمْ وَ كَانُوْا هَكَذَا وَ شَبَكَ بَيْن أَصَابِعِهِ ، قُلُتُ:”فَمَا
تَأْمُرْ لِيْ؟ فَقَالَ (الْزَمْ بَيْتَكَ وَأَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَ خُذْ
مَا تَعْرِفُ وَدَعْ مَا تُنْكرُ وَ عَلَيْكَ بِأَمْرِ الْخَاصَّةِ وَ دَعْ عَنْكَ
أَمْرَ الْعَامَّةِ)
ذَلِكَ أَيَّامَ الْهَرْجِ، قِيْلَ، وَمَا أَيَّامُ
الْهَرْجِ؟ قَالَ حِينَ لَا يَأْمَنُ الرَّجُلُ جَلِيسَهُ
“Jika engkau lihat manusia, ketika itu perjanjian-perjanjian mereka
dilanggar dan amanah mereka diremehkan, serta keadaan mereka seperti ini (beliau
mengaitkan jari jemarinya).” Aku bertanya, “Apa yang engkau perintahkan
kepadaku?” Maka beliau bersabda, “Tetaplah di rumahmu, tahanlah
lidahmu, ambillah apa-apa yang engkau ketahui dan tinggalkanlah hal yang engkau
ingkari, kerjakanlah perkara yang khusus bagimu, serta tinggalkanlah urusan
orang banyak"
“Itulah yang disebut yaumul
haroj”. Beliau
ditanya, “Apa itu yaumul Haroj ?” Nabi menjawab, “Yaitu hari dimana seseorang tidak lagi merasa aman atas teman duduknya.”
Tampaknya tepat
bila kita kemudian menerka-nerka bahwa memang jaman kita ini adalah bagian dari
satu masa yang disebutkan dalam hadis itu.
Kita hidup di era
dimana hampir setiap aspek dalam kehidupan terpecah-pecah menjadi beberapa
bagian dan masing masing saling bersetu. Persaingan antara ojek pangkalan
dengan ojek online. Rivalitas antar suporter bola, permusuhan kubu kubu
politik, pergesekan kesukuan, sampai perselisihan antar ustadz dan tokoh-tokoh
agama.
Segala bentuk
pertengaran itu bisa dilatar belakangi oleh beragam sebab. Tapi media sosial
jelas menjadi jalan lebar penyambungnya. Cobalah buka laman youtube. Akan kita
temukan disana video-video yang paling sering direkomendasikan di halaman depan
adalah video dengan judul yang oleh pengunggahnya sengaja dibuat sensasional.
Seperti contoh, “DEBAT SENGIT PROF A vs PROF B”, “VIRAL USTAD A MENANTANG USTAD
B”, serta judul sensasional yang lain.
Tampaknya saat
ini memang ada banyak orang yang menyukai pertengkaran. Video itu bisa nangkring
di halaman depan dan menjadi rekomendasi menunjukan bahwa memang banyak orang
yang secara khusus mencarinya. Juga karena konten-konten semacam itu tidak
pernah sepi pengunjung. Penontonnya bahkan bisa mencapai angka lebih dari satu
juta.
Belum lagi kala kita baca di bagian kolom komentar.
Pertengkaran seolah menjadi hobi baru yang sedang ngetrend menggeser
posisi hobi menggunung kawula muda.
Tak Cuma youtube. Apa yang berlangsung di
facebook, instagram, twitter dan media sosial lain nyatanya juga tak jauh beda.
Pertengkaran komentar terjadi nlecek di sembarang tempat. Bahkan kadang
kadang juga dilakukan di tempat tempat yang sama sekali tak sesuai. Misalnya di
kolom komentar halaman resmi gulat ufc.
Atau di postingan adegan film kungfu. Kadang kadang juga di halaman
penggemar drakor. Oh, lucu sekali.
Tapi harus diakui
soal agamalah yang paling banyak diminati untuk di-Tukar-kan. Seseorang,
berbekal fatwa atau pernyataan seorang tokoh, menyerang apa saja yang ia tak
suka. Lantas orang lain, dengan bekal yang sama, memberikan bantahan. Masing masing
merasa benar lantaran bekalnya juga dilengkapi dengan dalil-dalil. Dan ini
berlangsung berkepanjangan sampai ada di antara salah satu pihak yang mengalah
untuk berhenti menjawab.
Segala sesuatunya
menjadi serba tak jelas. Begitu sulit memilah mana pihak yang lebih layak untuk
diikuti. Kata orang jawa, “Angel mbedakne (manok) Kunthol karo (manok)
blekok.”
Di tengah kondisi
seperti ini, pesan Nabi seperti dicatat Imam Ghozali di kitabnya itu menjadi
penting untuk kita resapi. Kalau toh sulit menularakan semangat
kedamaian, minimal kita tidak ikut menceburkan diri di kolam kotor.
Untuk itu, kita
harus melatih diri agar lebih mampu bersikap tenang dan kalem ketika fesbukan,
atau instagraman atau yutupan. Sampaikan sesuatu kalau memang perlu, dan mari
saling memahami kapasitas diri kita masing-masing. Lalu, lebih berhati hati.
Selaras dengan pesan Nabi yang lain. Qul khoiron au liyasmut. Katakan
yang baik atau [kalau tidak mampu], DIAM SAJA!
www.percik.id
ردحذفNasihat Nabi Untuk Netizen Indonesia