PERCIK.ID- Sejak kapan kegemaran mendengarkan musik itu saya
miliki? Untuk mendapatkan jawabannya, saya musti kembali mengingat-ingat lagi
ke belakang, ketika tersiar kabar Nike Ardilla mati dalam kecelakaan, tiba-tiba
saya menangis begitu saja. Koleksi kaset pita yang tak bisa saya banggakan
jumlahnya itu jelas tidak menjelaskan kecintaan saya terhadap musik, tetapi
kepada Nike Ardilla, saya tak bisa mengelak tak mencintainya. Air mata
kanak-kanak itu cukup sebagai tanda.
Yang masih bisa saya ingat, selain mendengarkan
Nike Ardilla, saya juga mendengarkan Cak Nun & Kiai Kanjeng, yang sudah
kesohor namanya ketika itu di album "Menyorong Rembulan" dengan
single "Lir-Ilir" dan album "Allah Merasa Heran" yang
puitis. Saya juga punya koleksi kaset pitanya Haddad Alwi & Sulis dengan
single "Ummi" yang nampaknya dihafal ibu-ibu sekaligus anak-anaknya
ketika itu, saking terkenalnya.
Sebenarnya kaset-kaset itu tak sepenuhnya milik
saya. Di desa kecil di bagian selatan Kota Tuban, bukan hal yang mudah dan
murah mendapatkan kaset-kaset itu. Kakak lelaki saya satu-satunya lah yang
mebawanya, ketika pulang dari pondok untuk berlibur. Barangkali, kaset Nike
Ardilla itu dia juga yang bawa, tapi karena dia telah jadi kiai sekarang, agak
sungkan mendakwanya begitu meski dalam ingatan. Meski, apa salahnya juga kiai
menyukai lagu-lagu Nike Ardilla atau dangdut koplo misalnya. Bukankah itu cuma
sepercik kesegaran dari luasnya samudera keajaiban Tuhan di kerajaan bumi-Nya
yang bisa digunakan membasuh-segarkan wajah kusut hamba demi menemukan dan
menatap wajah pencipta semesta di balik tiap-tiap benda dan fenomena?
Seni dalam wawasan estetika sufi adalah sarana
meditasi dan kontemplasi yang berfungsi selain sebagai peningkatan kualitas
rohani juga sebagai pemulihan jiwa dari penatnya kehidupan dunia. Dikenal
dengan istilah tajarrud yang secara harfiah berarti telanjang.
Menanggalkan beban-beban, melepaskan jiwa dari jerat-jerat duniawi yang
membuatnya tersiksa dan tak nyaman. Musik adalah salah satu produk kesenian
yang diolah dari bunyi.
Kita mengenal nama Jalaluddin Rumi, yang memakai
media musik dan tari sebagai ekspresi cinta hamba kepada Tuhan. Rumi meniup
seruling, menabuh rebab dan tabla serta menggesek biola. Ia sekaligus adalah
seorang penyair dan komponis. Musik mengalun, puisi dibaca, kemudian meresap ke
dalam jiwa-jiwa kosong yang telah mempersiapkan dirinya diisi satu asma; Dia.
Musik juga merupakan salah satu sarana terapi yang
digunakan oleh Ibnu Sina untuk mengobati pasien sakit jiwa. Kini metode
tersebut nampaknya telah berkembang pesat. Hari ini kita menyaksikan anak-anak
muda diajak oleh Didi Kempot untuk menerapi hati yang sakit dan jiwa yang
ambyar dengan berjoget dan bersenang-senang dengan iringan tabuhan gendang dan
koor cendol-dawet, cendol dawet.
Tak hanya berfungsi sebagai media meditasi dan
kontemplasi demi matangnya kualitas rohani dan jiwa, musik terbukti memberi
energi lebih pada jasmani. Coba terka berapa usia Rhoma Irama? Iwan Fals? Bapak
saya yang seusia Rhoma kerap kali masuk angin kalau telat tidur dan terpaksa
begadang sambil hoak haek. Mereka berdua mungkin sama juga, tapi ketika tampil
bersama di panggung tempo hari, usia sepertinya sekadar angka. Mereka
menularkan semangat dan energi hidup kepada banyak orang yang menonton dan
mendengarkannya.
Meski begitu, bapak saya adalah penikmat musik
juga; musik paling indah dari yang paling indah. Kalam Tuhan yang ia
"nyanyikan" selepas petang dan ia "nyanyikan" lagi
menyambut pagi datang. Mengokohkan jiwanya, memberinya ketenangan batin di usia
tuanya.
Saya sempat juga mendengarkan God Bless yang main live
di studio Aquarius akhir tahun kemarin di yutub. Ahmad Albar usianya sudah
lebih 70 tahun. Ian Antono dan Donny Fatah mungkin usianya juga tak jauh dari
angka itu. Tetapi ketika mereka memainkan lagu "Kehidupan",
benar-benar seperti remaja dengan gairah pemberontakan yang menyala-nyala.
Musik membuat mereka awet muda layaknya buah persik milih permaisuri kahyangan
di film Sun Gokong.
Ketika "Huma Di Atas Bukit" mengalun,
jiwa berkelana ke ruang remang penuh kenangan. Dan diantara seribu helai rambut
kribo Ahmad Albar itu, kutu-kutu ikut bernyanyi melantunkan lagu.
Ketika menulis ini, kawan saya mengirimkan sebuah
rekaman video Iwan Fals menyanyikan "Belum Ada Judul", yang akunya
mengingatkannya kepada masa lalu sewaktu "muda" dulu. Musik,
menemukan satu lagi fungsinya. Ia mengikat kenangan dan merekatkan
persahabatan.
www.percik.id
ردحذفSyafiq Rahman
Mendendangkan Cinta dan Kutu yang Menyanyi Diantara Seribu Helai Rambut Ahmad Albar