PERCIK.ID- Teman-teman
yang mengkaji kitab-kitab fikih klasik pasti tahu bahwa terkadang terdapat
beberapa pembahasan yang aneh. Para ulama' tak jarang menyebutkan suatu
persoalan atau memberi contoh kasus yang bagi nalar kita sering terasa ganjil,
sulit dicerna, dan bahkan tampak musykil terjadi. Saya berikan satu contoh dari
apa yang ditulis oleh Syaikh Abdurrohman Ba'alawi (mufti Hadramaut Yaman) dalam
kitab beliau Bughyah al-Mustarsyidin. Ketika mengulas tentang bab "Qodhoil
hajat wal istinja'" (Buang air besar dan cebok) beliau
sekaligus menyebutkan beberapa larangan bagi seseorang yang sedang berada di
kamar mandi. Saya kutipkan beserta teks arabnya, supaya teman-teman pembaca
bisa mengoreksi kalau-kalau ada kalimat atau terjemahan saya yang terlewat atau
keliru. Kata Beliau,
[فائدة]
ورد أن البصاق على
الخارج من الشخص يورث الوسواس وصفرة الأسنان ويبتلى فاعله بالدم، والسواك حال
الخلاء يورث النسيان والعمى، وطول القعود فيه يورث وجع الكبد والبواسير، والامتخاط
يورث الصمم والهم، وتحريك الخاتم يأوي إليه الشيطان، والتكلم بلا ضرورة يورث
المقت، وقتل القمل يبيت معه الشيطان أربعين ليلة ينسيه ذكر الله وتغميض العينين يورث النفاق، وإلقاء حجر الاستنجاء
على الخارج يورث الرياح، وإخراج الأسنان وجعل الرأس بين اليدين يقسي القلب ويذهب الحياء
ويورث البرص، والاستناد إلى الحائط يذهب ماء الوجه وينفخ البطن
Faedah
1.
Sesungguhnya meludahi kotoran akan menimbulkan
penyakit was-was (ragu-ragu) dan gigi kuning. Pelakunya juga akan mendapatkan
cobaan suatu penyakit darah.
2.
Bersiwak (menggosok gigi) ketika buang air besar
menimbulkan penyakit pikun dan buta.
3.
Duduk terlalu lama ketika buang air besar
menyebabkan sakit liver dan bawasir (ambeien)
4.
Sisi (mengeluarkan ingus dari hidung) ketika buang air besar
menyebabkan penyakit tuli dan kesusahan.
5.
Menggerak-gerakkan cincin ketika buang air besar
membuatnya didatangi setan.
6.
Berbicara ketika buang air besar selain darurat
mendatangkan murka Alloh
7.
Membunuh kutu ketika buang air besar membuat setan
menginap di rumahnya selama 40 malam. Dan setan akan membuat orang itu lupa
kepada Alloh.
8. Memejamkan mata
ketika buang air besar menyebabkan kemunafikan.Membuang batu yang digunakan untuk istinja’ ke kotorannya,
menyebabkan penyakit angin.
9.
Meringis (menampakkan gigi) dan menjadikan kepala
berada di antara kedua tangan membuat hati keras, menghilangkan sifat malu dan
menyebabkan penyakit belang (lepra).
10. bersandar ke tembok
ketika buang besar bisa menghilangkan cairan wajah (air muka) dan menyebabkan
perut kembung. wallohu a’lam.
Aneh bukan?
Teman-teman berhak mempercayai apa yang
disampaikan oleh Syaikh Abdurrohman Ba’alawi itu atau tidak. Karena toh
bagaimanapun itu “hanya” pendapat. Bisa jadi pendapat yang beliau sampaikan itu
berdasar pada pengalaman empiris yang beliau jumpai, atau karena seba-sebab
lain.
Tetapi secara pribadi bagi penulis, apa
yang disampaikan oleh seorang ulama, lebih lebih ulama’ salaf (ulama kuno)
adalah satu informasi yang perlu senantiasa kita ingat.
Selasa lalu, ketika mengkaji pembahasan
tentang faedah di atas bersama kawan-kawan di Pondok Pesantren Tambak Bening, Surabaya,
penulis tiba tiba teringat akan sesuatu. Yakni kondisi yang sama seperti yang
pernah penulis alami dulu.
Pendek cerita, ketika masih MTS, di
pondok dulu penulis pernah mengaji suatu kitab fikih yang membahas tentang
jalur pertalian nasab darah manusia yang lahir dari perkawinan manusia dengan
hewan, atau hewan dengan hewan. Sang penyusun kitab panjang lebar menjelaskan
itu, dan menyertainya dengan berbagai contoh. Seperti misalnya manusia yang
lahir dari hasil kawin manusia dengan kambing, babi, atau manusia dengan ikan,
sekaligus konsekwensi hukum najis dan perwaliannya ketika ia menikah saat
dewasa nanti. Satu pembahasan yang sangat ganjil, dan penulis anggap tidak akan
pernah terjadi. Memangnya untuk apa manusia mau menikahi kambing? Apalagi ikan!?
Waktu mengaji bab itu, tentu saja kami
semua tertawa-tawa. Tertawa karena meremehkan. Meremehkan karena mengangap itu
hal yang mustahil. Saking meremehkannya, -maaf- penulis sampai lupa
judul kitab dan penyusunnya.
Sampai suatu ketika, secara tak sengaja
ketika fesbukan penulis membaca berita tentang hasil penelitian para imuwan
biologi di jepang yang mencoba mengawinkan antara sperma manusia dengan sperma
babi. Allohu Akbar. Kaget!
Penulis segera teringat bahwa bertahun
lalu pernah ngaji tentang bab ini, dan penulis menganggapnya sebelah mata.
Kaget karena sesuatu yang penulis anggap mustahil ternyata benar terjadi, dan
melalui cara yang lain yang tidak pernah penulis bayangkan.
Sejak saat itu penulis sadar, bahwa apa
yang dinyatakan dan ditulis seorang ulama, benar-benar bukanlah sesuatu yang “kaleng-kaleng”.
Karena selain didukung oleh ilmu dan pengetahuan, ada dimensi lain yang mereka
miliki yaang tidak dimiliki oleh sembarang orang. Yakni dimensi istikhoroh
dan isyaroh minalloh. Wallohu 'alam
Deni Nashrulloh
Pemimpin Redaksi Bulletin Lembar Jum'at "al-Fath" fb
Tulisan Deni Nasrulloh yang Lain
Pemimpin Redaksi Bulletin Lembar Jum'at "al-Fath" fb
Tulisan Deni Nasrulloh yang Lain
www.percik.id
ردحذفDeni Nashrulloh
Catatan Asing Ulama Fikih