PERCIK.ID- Perdebatan soal siapa yang terbaik dalam jagad sepakbola
sampai saat ini masih terjadi. Tentu lakonnya tak lain adalah Ronaldo dan
Messi. Sudah satu dekade dua nama itu mendominasi soal siapa yang terbaik di
dunia. 2 dominasi yang terbilang lama dan mungkin sulit lagi terjadi di era
mendatang. Konsistensi di setiap perubahan usia yang jelas sukar ditiru begitu
saja.
Apa yang meraka hasilkan, menurut beberapa orang yang
bergelut dengan sepakbola, berasal dari dua kelahiran yang berbeda. “Ronaldo
dibesarkan oleh usaha yang keras, sedang Lionel Messi dibekali Tuhan bakat
melekat”. Dua perbandingan itu menghasilkan dua manusia yang sampai usianya tak
lagi muda, belum bisa dituntaskan soal siapa yang benar-benar lebih unggul.
Ronaldo melalui jalan terjal dan usaha yang keras untuk
menghasilkan apa yang didapatkan sekarang. Beberapa orang yang dekat dengannya
menyaksikan soal etosnya yang hampir tak ada duanya. “Datang latihan paling awal dan
pulang paling akhir.” Tekad untuk meraih kemenangan juga demikian. Kita bisa melihat
jelas Ronaldo sedemikian “emosi” ketika timnya tertinggal. Ia menyemangati
timnya dengan teriakan lantang untuk kembali bangkit. Setidaknya trofi Liga
Champions 3 kali terturut-turut bersama Real Madrid adalah jawaban dari
tekadnya yang sedemikian kuat untuk menang.
Patrick Evra menjadi saksi atas tekad itu dalam diri oleh
Cristiano Ronaldo. “Dia pernah bermain tenis meja dan Rio Ferdinand
mengalahkannya. Kita semua bersorak. Ronaldo begitu kecewa. Kemudian dia
menyuruh sepupunya untuk membeli sebuah perlengkapan tenis meja. Dia berlatih
selama dua pekan dan kembali bertanding dan mengalahkan Rio di depan semua
orang. Itulah Cristiano.”
Kita mungkin tidak mendapatkan persaksian semacam itu
untuk Lionel Messi. Yang kita tahu banyak orang kagum dengan bakat yang
disematkan oleh Tuhan kepada manusia yang sering disebut alien karena kemampuan
sepakbolanya itu.
Teori sufistik dalam dunia tasawwuf punya uraian
tersendiri mengenai keduanya. Apa yang didapat oleh Cristiano Ronaldo, dan apa
yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada Lionel Messi setidaknya bisa menjadi
gambaran mudah untuk teori sufistik yang diurai oleh beberapa tokoh tasawwuf.
Imam as-Syahrowardi dalam kitab al-Awarif menyebutkan 2 karakter dalam dunia
tasawwuf dengan al-Majdubîn (bisa juga disebut dengan al-Murôd),
dan as-Sâlikîn (atau al-Murîd). 2 karakter ini berdasarkan ayat
al-Qur’an,
“...Alloh menarik orang yang dikehendakiNYA dan
memberi petunjuk orang yang kembali (kepadaNYA)” (Qs.as-Syuro [42]:13)
Dalam Sepakbola, Ronaldo dan Messi adalah gambaran
Majdub dan Salik tadi. Mudahnya, Majdub adalah orang yang
oleh dikehendaki oleh Alloh dekat denganNYA. Ia diberikan berbagai kemudahan
untuk mendapatkan berbagai hal yang menjadikan kedekatan itu mudah terjalin.
Sedangkan Salik membutuhkan berbagai usaha yang untuk mendapatkan itu
semua. Tapi salik tidak bisa iri dengan apa yang didapat oleh al-Majdub.
Sebab toh muaranya jelas sama, Alloh juga.
Ini yang kemudian dipaparkan oleh Ibnu Atho’illah dalam
al-Hikam untuk menengahi hal ini.
...السَّالِكينَ بِدَايَةُ المَجْذوُبِينَ وَبِدَايَة السَّالِكينَ نِهَايَةُ
المَجْذوُبِينَ لَكِنْ لَابِمَعْنَى وَاحِدٍ فَرُبَّمَا التقَيَافِى الطَّرِيقِ.
هٰذَا فىِ تَرَقِّيهِ وهٰذَا فى تَدَلِّيْهِ
“...Tujuan akhir kaum salik merupakan awal dari tujuan
kaum majdub. Sedangkan tujuan awal kaum salik merupakan akhir dari tujuan kaum
majdub. Tetapi tidak berarti sama dalam segala-galanya, adakalanya keduanya
bertemu dalam perjalanannya, yang satu sedang mendaki ke atas dan yang lainnya
sedang menurun.” (Qolban Saliman, Hal 174)
Ronaldo dan Messi, Salik dan Majdub, pada
akhirnya akan bertemu di muara yang sama, meski cara merengkuh apa yang ingin
dicapai berbeda.
Meski demikian, gambaran soal Majdub dan Salik
dalam diri Ronaldo dan Messi jangan sampai disalahpahami dan semerta-merta kemudian berkata, “Oalah, Ronaldo dan Messi ternyata pelaku sufi”.
www.percik.id
ردحذفAhmad Yusuf Tamami
Ronaldo dan Messi dalam Perspektif Sufistik