PERCIK.ID- Di awal 2000-an, Ahmad Dhani menciptakan lagu-lagu yang ciamik pasca pergantian vokalis dari Ari Lasso ke Elvonda Michael (Once). Kualitas lagu yang diciptakan itu setidaknya bisa dilihat dari angka terjualnya kaset yang mencapai 1.7 juta keping. Kaset yang paling banyak terjual setelah album “Bintang di Surga” nya Paterpan, “Ningrat” nya Jamrud, dan “Sesuatu yang tertunda” nya Padi. Album “Bintang Lima” menjadi tanda semakin meroketnya Dewa 19.
Di album kedua
bersama Once, meski kaset yang terjual tidak sebanyak “Bintang Lima”, album
bertajuk “Cintailah Cinta” masih mendapatkan antusiasme penikmat musik. Setidaknya
album ini masih masuk dalam kategori 10 album yang paling banyak terjual di
Indonesia. Selain kualitas musikalisasi yang elegan, Dewa 19 menyuguhkan lirik
yang tak kalah mendapat perhatian. Salah satunya soal anggapan adanya unsur
sufistik dalam lirik-liriknya.
Secara Khusus,
tela’ah mengenai Dewa, Ahmad Dhani, beserta lirik-liriknya pernah ditulis oleh
Agus Wahyudi dalam buku “Mistikus Ahmad Dhani”. Salah satunya adalah lagu
berjudul “Kosong” di album “Cintailah Cinta”,
“Di dalam keramaian
Aku masih merasa sepi,
Sendiri memikirkan
Kamu
Kau genggam hatiku
Dan Kau tuliskan
namaMU”
Ketika menciptakan
lagu tersebut, Ahmad Dhani memang tampak memiliki ketertarikan pada dunia sufistik.
Baik dari ucapan terima kasihnya di setiap cover albumnya yang menyebut
beberapa tokoh sufi, juga dari interaksinya. Kedekaatan dengan Gus Dur, serta
beberapa kali bertemu dan disambangi oleh Syaikh hisyam al-Kabbani. Bahkan
semua anaknya ia namai dengan nama-nama tokoh-tokoh sufi, al-Ghozali, El
Jalaluddin Rumi, dan Abdul Qodir al-Jailani.
Mungkin sekarang
sudah berbeda keadaanya, apakah ketertarikan itu masih ada atau tidak. Sebab
seiring berjalannya waktu, pandangan sebab pengetahuan, pengalaman, dan
pertemanan bisa saja merubah seseorang sedemikian cepat. Maka tak heran ada anekdot
yang mengatakan bahwa “Ahmad Dhani saat ini merupakan antagoni dari
lagu-lagunya sendiri”.
Sendiri Memikirkan
Kamu
Dalam kajian sufistik
ada istilah kholwat, menyendiri (bersama Alloh). Ada yang
mengimplementasikannya secara inklusive dengan benar-benar menyendiri. Ada yang
tetap berbaur dengan banyak orang, tetapi hatinya menyendiri bersama Alloh. Yang
kedua bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah “pro” dalam hal meruangkan
hati hanya untuk saja. Ia beraktifitas seperti umumnya manusia, tetapi hatinya
sama sekali tidak lupa pada Alloh.
Itulah mengapa, ada
sebagian orang yang merasa bahwa “di dalam keramaian aku masih merasa sepi,
sendiri memikirkan kamu” dalam lirik lagu Dewa 19 terinspirasi dari konsep
kholwat yang kedua, bersama banyak orang, tapi hatinya bersama Alloh saja.
Dalam konsep yang
dijelaskan oleh Imam Ghozali, kholwat dilakukan dalam bimbingan guru. Proses
awalnya, guru memberikan sebuah dzikir tertentu untuk dibaca oleh sang murid.
Dia terus melakukan itu sampai kalimat itu hilang dari lisannya, yang tertinggal
adalah bentuknya di dalam hati. Tidak lagi hanya di lisan, tapi sudah berada di
dalam hati sesuai dengan makna apa yang didzikirkan.
Sebagaimana makna
dzikir itu sendiri, yang menjadi muara adalah Alloh swt. Maka, ketika kholwat
itu berhasil, dalam dzikir lisannya, Alloh lah yang ada di hatinya.
Tidak heran apabila
dalam aktifitas apapun, bahkan di dalam ramai sekalipun, ia tetap “sendiri
memikirkan Alloh.” Tingkatan ini merupakan hasil dari latihan dalam kholwat
yang dilakukan. Capaian ini tidak mungkin diperoleh oleh orang yang
“kaleng-kaleng” dalam mengusahakan adanya Alloh di dalam hatinya.
Bisa jadi, Ahmad Dhani terinsipasi oleh ini. Sebab lirik lagunya, tidak ada sama sekali kata “kosong” seperti judul lagunya. Sebab makna yang diungkapkan dalam lagu ini memang kosong, yang ada hanya Alloh.
PERCIK.ID
ردحذفJudul : Kholwat dalam Kosong
https://www.percik.id/2020/11/kholwat-dalam-kosong.html