PERCIK.ID- Ada yang mengatakan bahwa selalu ada alasan dari setiap perbuatan yang dilakukan seseorang. Bukankah kita sering menghadapi situasi dimana seseorang melakukan sesuatu atau bersikap merugikan kita atau paling tidak, bikin kesal dan mengecewakan?
Alih-alih
berpikir perkara “alasan dari kenapa itu bisa terjadi” atau “kenapa dia
bersikap begitu”, kira sering secara spontan menyimpulkan sesuai dengan
asumsi-asumsi yang muncul di kepala kita. Aku sering berpikir, “ini orang kok
gitu banget, ya? Menyebalkan, pemarah, jahat, pelupa, nggak peka bla bla bla.”
Atau semacam asumsi bahwa “kamu tuh jahat, pembohong, kamu layak untuk dibenci
dan dijauhi.”
Indeed, bahwa tanpa kita sadari, kita sering
merespon secara negatif kepribadian, karakter, dan perilaku seseorang. Kita
cenderung terburu-buru untuk menilai dan melabeli seseorang tanpa peduli pada
apa yang sebenarnya terjadi di balik perilakunya itu. Seringnya semacam
kecenderungan yang bias, kita fokus ke kesalahan seseorang tanpa memperhatikan
situasi juga konteks yang mendasari kenapa itu terjadi.
Ternyata
kecenderungan kita yang bias dalam menilai orang lain ini, kata temanku yang
sedang belajar ilmu psikologi sosial disebut sebagai “fundamental
attribution error”.
Aku
jadi kepikiran soal budaya victim blaming yang mengakar di masyarakat
kita kayaknya merupakan contoh yang paling menyedihkan dari kecenderungan fundamental
attribution error. Atau nggak jauh-jauh, ketika ada seseorang berkendara
dengan “ngawur” ngebut di jalan raya, kita tanpa sadar bakalan auto
komen, "Dih! dasar bocah ugal-ugalan!" Padahal ternyata dia harus
buru-buru karena dapat kabar ibunya masuk rumah sakit. Bahkan banyak kejadian
yang dulu-dulu itu, yang kita sudah terlanjur rame-rame menyalahkan dan nggak
taunya fakta yang ada di balik itu justru malah lebih menyakitkan untuk
diketahui.
Kata
temanku, mencoba berpikir untuk menempatkan diri kita pada posisi yang
bersangkutan, adalah cara ampuh menghindarkan kita agar tak terjebak dalam
kecenderungan yang bias tadi.
Semacam
pertanyaan mendasar, "What would you have done if you were him?"
Intinya, karena kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi maka berasumsilah
yang baik-baik. Kasih jeda waktu biar kita tahu fakta apa yang terjadi, kenapa
dia bisa bersikap begitu. Sebab segala sesuatu pasti ada pemicu dan ada
alasannya. Dan beri juga kesempatan si dia untuk menunjukkan pada kita apa yang
sebenarnya terjadi.
Hmm.. syusyaaah buat dipraktikkan.
www.percik.id
ردحذفMerespon Peristiwa