PERCIK.ID- Berulang kali kalimat “la yumkina illa an tuhibba” diucapkan oleh komentator Channel BeinSport ketika berlangsung pertandingan antara Prancis dan Hungaria di pagelaran EURO 2020 kemarin. Kalimat itu diucapkan beberapa kali ketika Kante membawa bola. Komentar yang tidak begitu mengagetkan bagi pecinta sepakbola sebab Kante merupakan sosok yang bisa dibilang "no hatter". Bukan hanya “no hatter”, tapi sosok seperti yang digambarkan oleh komentator Beinsport. Sosok yang "la yumkina illa an tuhibba", "tidak mungkin tidak kamu cintai".
Selain "la
yumkina illa an tuhibba" dalam bahasa Arab, pecinta sepakbola di Indonesia
juga sedemikian lekat dan tak asing dengan ungkapan “semua sayang Kante”.
Kante
barangkali adalah representasi manusia membumi dalam gemerlap cahaya langit. Bagi
orang pecinta sepakbola, Kante terkenal dengan sifatnya yang ramah dan murah
senyum. Di balik sosoknya yang senantiasa ceria, ia adalah pemain dengan
kualitas yang lebih dari cukup sebagai seorang gelandang. Ia punya nilai lebih
yang jelas disenangi pelatih. Lihatlah bagaimana Tuchel sering “mengoyak-oyak” wajahnya
setelah pertandingan seperti seorang ayah yang bangga pada penampilan anak
kecilnya. Sikap yang tidak diberikan kepada anak asuhnya yang lain.
Juga Deschamps
yang hanya menggojlokinya ketika terlambat datang ke latihan dengan alasan
kereta terlambat. Deschamps hanya menimpali dengan ucapan bercanda, "Lari saja, kamu
berlari lebih cepat dari kereta" seraya mengelus bahu dan lengan pemain
Chelsea tersebut.
Tidak hanya
dalam urusan sepakbola, Kante naganya juga bersikap "kelewat ramah” di
luar lapangan meski namanya begitu populer. Bayangkan, orang sepopuler dia bisa
dengan mudah menerima tawaran seorang fans untuk makan malam bersama ketika
bertemu pasca solat isya' berjama’ah.
Baru-baru ini ia
bahkan memberikan kesempatan salah seorang fans untuk berfoto dengan medali
juara Liga Championsnya. Rasanya kalimat "la yumkina illa an tuhibba"
memang tepat untuk mengganjar keramahan dan kerendah hatiannya.
Takdirnya,
Kante adalah salah satu pemain top dunia yang beragama Islam. Bagi kita yang
takdinya juga beragama Islam, keramahan Kante adalah kesejukan tersendiri.
Beberapa tahun lalu, kita pernah juga mendapatkan kesejukan ketika sosok
Mohamad Salah yang bisa dikatakan sebagai representasi pesepakbola religius
membuat kesejukan bagi pandangan orang-orang Eropa terhadap Islam. Dan kini,
untuk meningkatkan kualitas kesejukan itu, Kante menembahnya dengan cara yang
indah.
Seperti apa
yang saya tulis beberapa tahun lalu di buku saya (Suluh), hal ini bisa menjadi
medium mengikis islamophobia di Eropa. Sebab komentar "la yumkina illa
an tuhibba" tidak hanya diberikan oleh orang Islam saja, tetapi semua
orang pada umumnya rasanya akan memberikan apresiasi positif pada sosoknya
-tentu saja kecuali lawan tandingnya ketika berada di lapangan-.
Kante
sesungguhnya bisa menjadi cerminan dari keramahan ajaran Islam. Ia menjadi bisa
menjadi bahan pijakan bagi umat Islam untuk berkaca pada sifat keramahan Kante
yang tidak hanya disenangi oleh orang Islam saja, tetapi juga orang-orang umum
di sekitarnya.
Toh realitasnya
ajaran Islam memang memberikan daya tekan untuk berkasih sayang tidak hanya
kepada orang Islam saja, tetapi kepada orang secara umum. Oleh Kanjeng Nabi
saw. di jauh hari, umatnya telah mewanti-wanti mengenai hal ini. “Sekali-kali tidaklah
kalian beriman sebelum kalian mengasihi”. Kemudian mereka menjawab, “Wahai
Rosululloh, semua kami pengasih”. Rosululloh saw. bersabda kembali, “Kasih sayang
itu tidak terbatas pada kasih sayang salah seorang di antara kalian kepada
sahabatnya [mukmin], tetapi bersifat umum [untuk seluruh umat manusia]”
(Hr. Thobroni)
Takdirnya, kita tidak perlu melihat sifat kasih
sayang dan keramahan yang ditebar tersebut dari ruang yang erat kaitannya dengan
tempat ibadah. Tidak dilakukan oleh kiai, ustadz, muballigh, tapi oleh orang
yang bekerja sebagai penendang bola. Bahwa keramahan bisa dilakukan oleh semua
orang dan tetap membahagiakan. Keramahan tetap menjadi kesejukan yang menyenangkan.
Lepas dari kekurangannya sebagai manusia, Kante sepertinya memang pantas untuk menyandang predikat “la yumkina illa an tuhibba”, semua sayang Kante.
www.percik.id
ردحذف(Kante; La Yumkina Illa an Tuhibba)